Page 130 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 DESEMBER 2020
P. 130

Peninjauan ini ditujukan untuk menggali dan mendiskusikan tantangan kondisi di lapangan dalam
              pelaksanaan penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan program Desmigratif.
              "Dari hasil kunjungan ini diharapkan dapat memberi inspirasi dalam pelaksanaan pelayanan dan
              pemberdayaan PMI dan keluarganya di daerah masing-masing," kata Direktur Penempatan dan
              Pelindungan Tenaga Kerja Luar Negeri, Eva Trisiana, di Yogyakarta, Selasa (8/12/2020).

              Adapun 7 lokasi pemberdayaan masyarakat di DIY yang dikunjungi adalah Dinas Penanaman
              Modal  dan  Pelayanan  Perizinan  Terpadu  Sleman,  Desa  wisata  Garongan,  Bumdes  Tridadi
              Makmur, Jejamuran, Koperasi Ikapim, Khansa Snack and Food, dan Hidroponik.

              Selanjutnya,  Eva  menjelaskan  dalam  Program  Desmigratif,  Pemerintah  Pusat,  Pemerintah
              Daerah, dan Pemerintah Desa dapat menjalankan fungsi/peran sesuai kewenangannya untuk
              memberikan upaya perlindungan yang maksimal bagi PMI termasuk anggota keluarganya.

              Melalui peninjauan ini, diharapkan para petugas Desmigratif memiliki pandangan dan motivasi
              dalam  meningkatkan  layanan,  pemberdayaan, dan  pelindungan  kepada calon  PMI,  PMI,  dan
              keluarganya.

              "Termasuk mengenai bagaimana usaha- usaha yang dibangun dan diinisiasi oleh para mantan
              PMI bisa dapat berhasil sekaligus memberikan manfaat dan membuka lapangan pekerjaan bagi
              warga sekitar," kata Eva.

              Dalam peninjauan ini, para petugas Desmigratif juga menemui sejumlah PMI purna (mantan
              PMI). Salah satunya adalah Agus Sugiarto (42 tahun), mantan PMI di Jepang tahun 2002 hingga
              2008.

              Agus mengatakan, sepulangnya bekerja sebagai pekerja migran, dirinya telah mencoba berbagai
              jenis usaha, tapi semuanya mengalami kegagalan.
              Hasil tabungannya selama bekerja di Jepang pun akhirnya ludes tanpa sisa. Padahal cita-citanya
              saat kembali dari Negeri Matahari Terbit adalah ingin menjadi pengusaha.

              Setelah itu, pencanangan Desa Wisata Garongan di Sleman pada tahun 2008 pun tak diliriknya.
              Bersama tema-teman senasibya eks PMI, Agus akhirnya mengembangkan konsep desa Wisata
              Garongan menjadi wisata edukasi sejak 2013.

              Dengan potensi wisata minim dan 30 karyawan, Agus terus berjuang mengeksplorasi wisata
              kegiatan di Desa Garongan.

              "Sebelum  pandemi,  sepanjang  2019,  sebanyak  23.000  wisatawan  telah  berkunjung  ke  Desa
              Garongan. Namun sejak pandemi 2020, menurun drastis karena tak ada satu pun pengunjung
              ke Desa Garongan," pungkas Agus.




















                                                           129
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135