Page 174 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 NOVEMBER 2020
P. 174

PENGUSAHA MINTA ANIES PERJELAS KRITERIA PERUSAHAAN DI ATURAN UMP
              2021
              Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) menilai kebijakan asimetris yang ditetapkan
              Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dalam menentukan Upah Minimum Provinsi (UMP)
              2021 perlu kepastian dan jaminan bagi pengusaha yang terdampak pandemi COVID-19. Ketua
              Umum DPD HIPPI DKI Jakarta, Sarman Simanjorang menilai kebijakan itu sudah sangat adil
              yakni UMP 2021 naik 3,27% menjadi Rp 4.416.186,548 bagi perusahaan yang tidak terdampak
              pandemi. Sedangkan perusahaan yang terdampak pandemi boleh menetapkan UMP 2021 sama
              dengan tahun ini seperti Surat Edaran (SE) Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah.

              "Memang itu kita dorong agar sektor tertentu yang produktif selama pandemi tetap menaikkan
              UMP 2021. Sebaliknya yang terkena dampak, kenaikannya 0% atau besarannya sama dengan
              UMP 2020," kata Sarman melalui keterangan resmi yang dikutip detikcom , Minggu (1/11/2020).

              Sarman berharap Pemprov DKI Jakarta segera menurunkan Peraturan Gubernur (Pergub) yang
              mengatur soal kriteria perusahaan yang terdampak dan tidak terdampak COVID-19. Dengan
              begitu, menurutnya pengusaha yang terdampak tidak perlu lagi mengajukan surat permohonan.
              "Jangan sampai persepsi di kalangan Serikat Pekerja/Buruh berbeda misalnya untuk menetapkan
              berdampak atau tidak berdampak jangan menjadi perdebatan dan pro kontra, semuanya bisa
              dilihat  secara  kasat  mata.  Kami  sangat  berharap  agar  dalam  Pergub  tersebut  diatur  atau
              disebutkan  secara  komprehensif  sektor  usaha  yang  terdampak  sehingga  tidak  perlu  lagi
              mengajukan surat permohonan ke Disnakertrans DKI Jakarta," tuturnya.

              Dengan adanya kebijakan ini diharapkan kalangan buruh dapat mengerti dan memahami kondisi
              dunia usaha. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana mempertahankan lapangan pekerjaan
              karena tidak ada yang mengetahui kapan pandemi akan berakhir. "Pengusaha sampai saat ini
              masih  galau  karena  belum  dapat  mempredikasi  sampai  kapan  pandemi  ini.  Jika  masih
              berkepanjangan ditakutkan daya tahan pelaku usaha semakin turun dan dikhawatirkan collapse,"
              ujarnya.

              Sarman  pun  membeberkan  kondisi  dunia  usaha  saat  ini.  Menurutnya,  sekitar  90%  lebih
              pengusaha di Jakarta terdampak pandemi COVID-19. Sudah hampir 8 bulan berbagai sektor
              usaha mengalami omzet yang anjlok. "Bahkan sektor hiburan malam yang jumlahnya juga cukup
              banyak tidak tau lagi nasibnya saat ini karena juga sudah hampir 8 bulan tutup," pungkasnya.




























                                                           173
   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179