Page 498 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 NOVEMBER 2020
P. 498

2. Ciptakan Polemik Hingga Jaga Daya Beli Ketua Departemen Komunikasi dan Media Konfederasi
              Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Kahar S Cahyo, merinci setidaknya ada empat alasan mengapa
              KSPI meminta upah minimum 2021 harus naik. Pertama, jika upah minimum tidak naik, maka
              akan menciptakan polemik di khususnya di tataran kaum buruh. Mengingat sat ini mayoritas
              buruh tengah dihadapkan pada kondisi ekonomi sulit selama pandemi Covid-19 berlangsung.

              Kedua,  alasan  upah  tidak  naik  karena  pertumbuhan  ekonomi  minus  diyakini  tidak  tepat.
              Menyusul dengan apa yang terjadi pada krisis ekonomi tahun 1998, 1999, dan 2000 UMP tetap
              naik saat itu.

              "Sebagai contoh, di DKI Jakarta, kenaikan upah minimum dari tahun 1998 ke 1999 tetap naik
              sekitar 16 persen, padahal pertumbuhan ekonomi tahun 1998 minus 17,49 persen. Begitu juga
              dengan upah minimum tahun 1999 ke 2000, upah minimum tetap naik sekitar 23,8 persen,
              padahal pertumbuhan ekonomi tahun 1999 minus 0,29 persen," paparnya.

              Ketiga, keputusan tidak menaikkan UMP 2021 akan menurunkan daya beli masyarakat, terutama
              kaum  buruh.  "Ini  karena  turunnya  pendapatan  sehingga  membuat  masyarakat  atau  buruh
              mengalami  penurunan  daya  beli.  Ujung-ujungnya  berdampak  negatif  buat  perekonomian,"
              terangnya.

              3. UMP Naik Hingga 2 Persen Sesuai Inflasi Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI)
              Timboel Siregar meminta agar para Gubernur tetap menaikkan upah minimum 2021 dengan
              kisaran  1,5  hingga  2  persen.  Usulan  tersebut  berdasarkan  data  BPS,  sejak  Januari  hingga
              Agustus 2020 tingkat inflasi mencapai 0,93 persen, sementara tingkat inflasi dari tahun ke tahun
              atau year on year (yoy) dari Agustus 2020 ke Agustus 2019 adalah sebesar 1,32 persen.

              "Dengan data ini seharusnya para Gubernur dapat mempertimbangkan untuk tetap menaikkan
              UM di 2021 walaupun hanya berkisar inflasi yoy yaitu sekitar 1,5 persen sampai 2 persen di atas
              angka inflasi yoy Agustus, dengan juga mempertimbangkan kondisi September, Oktober sampai
              Desember 2020," kata Timboel.

              Dia meyakinkan Gubernur untuk tetap menaikkan upah minimum dalam persentase yang wajar
              dan bijak, yang bisa mendukung daya beli pekerja dan kelangsungan usaha.

              "Saya menilai permintaan Menaker untuk tidak menaikkan upah minimum di 2021 dan adanya
              usulan SP yang meminta kenaikan upah minimum di 2021 sebesar 8 persen adalah tidak tepat.
              Harus dicari solusi kenaikan UMP 2021 dengan tetap mempertimbangkan kesejahteraan pekerja
              dan kelangsungan usaha," ungkapnya.

              Di mana kenaikan upah minimum dengan mempertimbangkan inflasi YoY akan memiliki dampak
              ikutan  yang  positif.  Dengan  adanya  kenaikan  upah  minimum  maka  daya  beli  pekerja  tidak
              tergerus  oleh  inflasi  sehingga  pekerja  dan  keluarganya  bisa  mempertahankan  tingkat
              konsumsinya.

              Sehingga  tingkat  konsumsi  yang  tidak  turun  tentunya  akan  mendukung  tingkat  konsumsi
              agregat,  maka  mendukung  pertumbuhan  ekonomi  Indonesia.  Lantaran  konsumsi  agregat
              mendukung 55 - 60 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.


              "Semoga kenaikan upah minimum 2021 yang akan ditetapkan tanggal 1 November 2020 ini di
              kisaran 1,5 - 2 persen bisa diterima semua pihak, sehingga kesejahteraan pekerja terjaga dan
              kelangsungan usaha terjamin," pungkasnya.

              [bim] UMP 2021 Tak Naik, Buruh Sebut Pemerintah Lebih Akomodir Kepentingan Pengusaha  1
              Banyak Perusahaan Tetap Beroperasi.




                                                           497
   493   494   495   496   497   498   499   500   501   502   503