Page 171 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 DESEMBER 2020
P. 171

pada tatanan pemerintahan yang demokratis menghendaki adanya keterlibatan publik dalam
              proses pengambilan keputusan (decision-making process).


              KEMNAKER LIBATKAN AKADEMISI SUSUN RPP UU CIPTA KERJA

              Pekan  lalu  setelah  mengundang  106  rektor  untuk  melakukan  uji  sahih,  Kementerian
              Ketenagakerjaan (Kemnaker) menggelar focus group discussion (FGD) Undang-Undang (UU) No.
              11  Tahun  2020  tentang  Cipta  Kerja  Klaster  Ketenagakerjaan  dan  Rancangan  Peraturan
              Pelaksanaannya (RPP).

              Ada  empat  RPP  yang  terus  dikebut  untuk  dirampungkan  Kemenaker,  yakni  RPP  Tentang
              Penggunaan  Tenaga  Kerja  Asing,  RPP  Tentang  Hubungan  Kerja,  Waktu  Kerjadan  Waktu
              Istirahat, serta Pemutusan Hubungan Kerja, RPP Tentang Pengupahan (Revisi sebagian PP No.
              78 Tahun 2015), dan RPP Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan
              (JKP).  (  Sekjen  Kemnaker  Anwar  Sanusi  mengatakan,  partisipasi  masyarakat  (public
              participation) pada tatanan pemerintahan yang demokratis menghendaki adanya keterlibatan
              publik dalam proses pengambilan keputusan (decision-making process).

              "Saya menyambut baik langkah strategis Politeknik Ketenagakerjaan yang menyelenggarakan
              FGD ini, sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat akademis dengan memberikan sumbangsih
              saran dan masukan konstruktif terhadap RPP sebagai peraturan pelaksanaan dari UU No. 11
              Tahun  2020  tentang  Cipta  Kerja,  "  ujar  Anwar  dalam  sambutannya  saat  membuka  FGD  di
              Padang, Sumatera Barat, Rabu (23/12/2020).

              Anwar  menegaskan  UU  No.  12  Tahun  2011  tentang  Pembentukan  Peraturan  Perundang-
              Undangan telah memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi di dalam pembentukan
              RPP. Menurutnya, hal ini menuntut adanya relasi antara masyarakat dengan pemerintah dalam
              proses pembentukan RPP.
              "Dari  relasi  tersebut  diharapkan  dapat  memberikan  manfaat  bagi  penciptaan  peraturan
              pemerintah (PP) yang responsif," katanya.

              Anwar menegaskan pembentukan PP dalam sebuah negara hukum yang demokrasi tidak lagi
              semata-mata menjadi wilayah dominasi eksekutif (birokrat), namun juga sudah menjadi bagian
              dari tanggung jawab masyarakat untuk berpartisipasi di dalamnya.

              "Sebagai subyek yang akan menerima dampak keberlakukan PP, masyarakat ikut menentukan
              arah  kebijakan.  Tanpa  keterlibatan  masyarakat  dalam  pembentukannya,  suatu  keniscayaan
              sebuah peraturan perundang-undangan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik,"
              jelasnya. ( Anwar berpendapat melalui FGD ini, partisipasi masyarakat akademis diyakini akan
              mendorong  terciptanya  komunikasi  publik  untuk  meningkatkan  pemahaman  masyarakat
              terhadap  proses  pengambilan  keputusan  pemerintah,  dan  keterbukaan  informasi  pemerintah
              yang lebih baik untuk kemudian menyediakan gagasan baru dalam memperluas pemahaman
              komprehensif terhadap substansi kluster ketenagakerjaan.

              "Saya  meyakini  keterlibatan  partisipasi  aktif  masyarakat  akademis  dalam  FGD  ini  akan
              menghasilkan masukan dan persepsi sangat berguna sekali, dalam rangka meningkatkan kualitas
              pengambilan  keputusan,  meningkatkan  legitimasi,  transparansi,  dan  responsivitas,  serta
              diharapkan akan melahirkan kebijakan yang akomodatif," katanya.

              (uka).




                                                           170
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176