Page 169 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 DESEMBER 2020
P. 169

KEMNAKER LIBATKAN AKADEMISI SUSUN RPP UU CIPTA KERJA

              Setelah mengundang 106 Rektor untuk melakukan uji sahih UU Ciptaker pekan lalu, Kementerian
              Ketenagakerjaan (Kemnaker) menggelar Focus Group Discussion (FGD) terkait Undang-Undang
              (UU) No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan dan Rancangan Peraturan
              Pelaksanaannya (RPP).

              Empat RPP yang dikebut untuk dirampungkan yakni RPP Tentang Penggunaan Tenaga Kerja
              Asing,  RPP  Tentang  Hubungan  Kerja,  Waktu  Kerja  dan  Waktu  Istirahat,  serta  Pemutusan
              Hubungan Kerja, RPP Tentang Pengupahan (Revisi sebagian PP No. 78 Tahun 2015), dan RPP
              Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).

              Sekjen Kemnaker Anwar Sanusi mengatakan partisipasi masyarakat pada tatanan pemerintahan
              yang demokratis menghendaki adanya keterlibatan publik dalam proses pengambilan keputusan
              (decision-making process).

              "Saya menyambut baik langkah strategis Politeknik Ketenagakerjaan yang menyelenggarakan
              FGD ini, sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat akademis dengan memberikan sumbangsih
              saran dan masukan konstruktif terhadap RPP sebagai peraturan pelaksanaan dari UU No. 11
              Tahun 2020 tentang Cipta Kerja," ujar Anwar dalam keterangan tertulis, Rabu (23/12/2020).

              Anwar  menegaskan  UU  No  12  Tahun  2011  tentang  Pembentukan  Peraturan  Perundang-
              Undangan telah memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi di dalam pembentukan
              RPP. Menurutnya, hal ini menuntut adanya relasi antara masyarakat dengan Pemerintah dalam
              proses pembentukan RPP.

              "Dari  relasi  tersebut  diharapkan  dapat  memberikan  manfaat  bagi  penciptaan  Peraturan
              Pemerintah (PP) yang responsif," imbuhnya.

              Lebih lanjut, Anwar menuturkan pembentukan PP dalam sebuah negara hukum yang demokrasi
              tidak  lagi  semata-mata  menjadi  wilayah  dominasi  eksekutif  (birokrat),  namun  juga  sudah
              menjadi bagian dari tanggung jawab masyarakat untuk berpartisipasi di dalamnya.

              "Sebagai subjek yang akan menerima dampak keberlakukan PP, masyarakat ikut menentukan
              arah  kebijakan.  Tanpa  keterlibatan  masyarakat  dalam  pembentukannya,  suatu  keniscayaan
              sebuah peraturan perundang-undangan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik,"
              ungkapnya.

              Selain  itu,  dia  berpendapat  melalui  FGD  ini,  partisipasi  masyarakat  akademisi  diyakini  akan
              mendorong  terciptanya  komunikasi  publik  untuk  meningkatkan  pemahaman  masyarakat
              terhadap  proses  pengambilan  keputusan  pemerintah,  dan  keterbukaan  informasi  pemerintah
              yang lebih baik untuk kemudian menyediakan gagasan baru dalam memperluas pemahaman
              komprehensif terhadap substansi klaster ketenagakerjaan.

              "Saya  meyakini  keterlibatan  partisipasi  aktif  masyarakat  akademis  dalam  FGD  ini  akan
              menghasilkan masukan dan persepsi sangat berguna sekali, dalam rangka meningkatkan kualitas
              pengambilan  keputusan,  meningkatkan  legitimasi,  transparansi,  dan  responsivitas,  serta
              diharapkan akan melahirkan kebijakan yang akomodatif," pungkasnya.










                                                           168
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174