Page 42 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 OKTOBER 2020
P. 42

Ketidakmempanan Menteri Ida dibuktikan usai mengunjungi Ketum PBNU KM Said Aqil Siradj,
              Minggu (11/10) malam. Panjang lebar, Ida menjelaskan kehebatan UU Ciptaker ke Kiai Said.
              Namun, Kiai Said tetap bersikukuh dengan penolakannya. PBNU juga ngotot akan menempuh
              jalur Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai langkah koreksi atas UU Ciptaker.

              "Kita harus melakukan judicial review. Kita harus bersuara demi warga NU, demi NU, dan demi
              moderasi dalam membangun masyarakat. Tidak boleh mengorbankan rakyat kecil," tegas Kiai
              Said, kemarin.

              Setelah sowan ke Kiai Said, Ida menyatakan akan roadshow ke kelompok lain yang kontra UU
              Ciptaker.  Kemarin,  Ida  bicara  dengan  Forum  Rektor  Indonesia  (FRI).  Agendanya  sama,
              membahas substansi UU Ciptaker. Bedanya, pertemuan ini berlangsung secara virtual. Dialog
              tersebut dihadiri 24 rektor universitas negeri dan swasta.

              Ketua  FRI,  Arif  Satria  menganggap,  dialog  seperti  itu  sangat  penting  untuk  memperkuat
              komunikasi. Sehingga banyak pihak mendapat pemahaman tentang UU Ciptaker.
              "Ini kesempatan sangat baik bagi para rektor untuk memberi masukan kepada pemerintah, baik
              tentang substansi maupun aspek hukum Undang-Undang Cipta Kerja," kata Rektor IPB ini.

              Anggota  Dewan  Penasihat  FRI,  Asep  Saefuddin  mengapresiasi  sosialisasi  pemerintah.  Hanya
              saja,  untuk  hal-hal  yang  sangat  sensitif  dalam  UU  Ciptaker.  penyebaran  informasinya  masih
              kurang.  Asep  mengimbau  agar  target  sosialisasinya  diperluas.  Seperti  serikat  pekerja,  NU,
              Muhammadiyah, Badan Eksekutif Mahasiswa, Kelompok Cipayung, dan juga tentunya FRI.

              Sampai saat ini, UU Ciptaker masih ditolak berbagai kalangan. Selain NU, ada Muhammadiyah
              dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sejak awal, Muhammadiyah telah meminta DPR menunda
              bahkan membatalkan pembahasan RUU Ciptaker. Sedangkan MUI menilai banyaknya penolakan
              terhadap UU Ciptaker menunjukkan kesan perpolitikan Tanah Air dikuasai oligarki.

              Direktur  Eksekutif  Indonesia  Political  Review  (IPR)  Ujang  Komarudin  tidak  kaget  dengan
              "blusukan"  Menteri  Ida.  Kata  Ujang,  pola  ini  sama  ketika  pengesahan  UU  KPK.  Ketika  itu,
              pemerintah mendekati sejumlah tokoh. I Iarapannya, agar UU KPK diterima.

              Menurut Ujang, belum jinaknya NU dan Muhammadiyah justru merupakan hal positif. Sebab,
              kedua  ormas  ini  merupakan  representatif  umat.  Menurutnya,  justru  bahaya  jika  NU  dan
              Muhammadiyah tiba-tiba berubah pikiran. "Dampaknya, rakyat akan merasa berjuang sendirian,"
              ucapnya, tadi malam.

              Haruskah Luhut turun tangan untuk "menjinakkan" onnas-ormas itu? Sebab selama ini Luhut
              dikenal menteri serba bisa. Ujang yakin, jika pun Luhut atau bahkan sampai Presiden yang turun
              gunung,  hasilnya  akan  sama.  "Seperti  biasa,  kalau  di  tangan  menteri  teknis  nggak  selesai.
              Presiden bisa meminta Luhut turun tangan. Tapi, kali ini belum tentu berhasil," ucapnya. men



















                                                           41
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47