Page 86 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 OKTOBER 2020
P. 86

2020. Penolakan datang dari serikat pekerja dan buruh, mahasiswa, serta elemen masyarakat
              lain.
              Jalan tengah

              Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mengatakan, tim Kementerian
              Ketenagakerjaan dilibatkan dalam proses merapikan redaksional draf terbaru dengan DPR Proses
              itu dilakukan sepekan terakhir setelah RUU Cipta Kerja disetujui untuk disahkan menjadi UU di
              Rapat Paripurna DPR, Senin (5/10). "Betul, kami ikut memberi masukan. Sebab, kami sudah ikut
              mengawal sejak di panja (panitia kerja). Ada tim khusus untuk itu," katanya.

              Terkait sejumlah perubahan ketentuan dalam draf 1.035 halaman, kata Anwar, beberapa hal
              yang pada draf sebelumnya belum jelas, dibuat jelas. Saat ditanyakan apakah perubahan itu
              dibuat untuk merespons penolakan dan unjuk rasa dari publik, Anwar mengatakan tidak semata-
              mata seperti itu. "Ada perujukan pasal per pasal yang memang harus dilakukan penyesuaian,"
              katanya.
              Saat ditanyakan mengenai sejumlah ketentuan yang berubah, misalnya isu pesangon yang tidak
              lagi diberikan "paling banyak", menurut Anwar, perubahan itu dilakukan agar tidak merugikan
              pihak mana pun sebagai jalan tengah.

              "Mungkin begini, jangan sampai (pemilihan kata) itu terlalu mengunci. Kalau kita membatasi
              paling banyak, tentu ada yang dirugikan. Kalau kita membatasi paling sedikit, juga ada yang
              dirugikan.  Jadi,  ya,  sudah  kita  buat  kalimat  yang  tidak  usah  menggunakan  kata-kata  itu,"
              ujarnya.

              Draf baru

              Sekretaris  Jenderal  DPR  Indra  Iskandar  mengatakan,  Senin  (12/10)  malam,  Badan  Legislasi
              (Baleg) DPR telah menuntaskan perbaikan terhadap draf RUU Cipta Kerja yang terdiri atas 812
              halaman. Draf ini berbeda dengan format sebelumnya yang dirilis oleh Kesekretariatan Jenderal,
              Senin (12/10) pagi, yakni dengan draf dalam 1.035 halaman.

              Terdapat  sejumlah  perubahan  kembali  di  dalam  draf  812  halaman,  terutama  pada  bagian
              retribusi dan pajak. "Ini hanya soal perubahan format. Tadi, kan, 1.035 halaman dalam bentuk
              A4, sekarang dalam bentuk legal. Soal format kertas saja. Lalu, ada perubahan substansi sedikit,"
              katanya.

              Indra  menegaskan,  draf  812  halaman  itu  merupakan  draf  terakhir  dan  tidak  akan  ada  lagi
              perbaikan draf oleh Baleg. "Ya, itu yang terakhir. Tidak ada lagi rapat perbaikan karena sudah
              selesai," ujarnya.

              Saat Kompas mengecek, ada dua pasal di kluster ketenagakerjaan yang berbeda antara draf
              pagi (1.035 halaman) dan malam (812 halaman), yakni Pasal 88 C Ayat 4 dan Pasal 156 (1).
              Pada Pasal 88 C Ayat 4 draf pagi disebutkan, syarat tertentu sebagaimana dimaksud pada Ayat
              (2) meliputi pertumbuhan ekonomi daerah dan inflasi pada kabupaten/kota yang bersangkutan.
              Adapun pada draf malam (812 halaman) disebutkan, syarat tertentu sebagaimana dimaksud
              pada Ayat (2) meliputi pertumbuhan ekonomi daerah atau inflasi pada kabupaten/kota yang
              bersangkutan.
              Sebelumnya, pada Senin siang, Indra sempat membenarkan, draf berjumlah 1.035 halaman itu
              sebagai draf terakhir yang akan dikirim ke Presiden. Namun, ia juga mengatakan, DPR masih
              memiliki waktu sampai Rabu (14/10) untuk merapikan redaksional.

              Menanggapi  perubahan  itu,  Wakil  Ketua  Konfederasi  Persatuan  Buruh  Indonesia  Jumi-sih
              mengatakan,  substansi  draf  yang  terus  berubah  membuat  masyarakat  kian  bingung  dan

                                                           85
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91