Page 8 - e-Book Sengon
P. 8
lebih dari 100 cm. Tanaman kehutanan ini
tumbuh di dataran rendah hingga
ketinggian 1.500 m dpl.
Secara fisik, batangnya tidak berbanir, kulit
licin, berwarna kelabu muda, dan bentuk
bulat lurus. Benihnya berbentuk pipih
lonjong, ukuran 3-7 mm , dan berwarna
hijau dengan warna coklat di bagian
tengah. Jumlah benih 1 kg sekitar 40.000
butir. Pengadaan tanaman Sengon Laut
Gambar 1.1 Pohon Sengon Laut umumnya menggunakan biji. Pohon induk
umur 5-8 tahun menghasilkan biji sekitar 12.000 biji per hektar (Mulyana dan
Asmarahman, 2012). Kelas awet kayunya masuk kelas IV atau kelas V dengan
berat jenis rata-rata 0,33. Kayunya lunak dan mudah digergaji tapi tidak
semudah Meranti Merah. Kayu Sengon Laut dapat dikeringkan dengan cepat
tanpa cacat yang besar yang menyebabkan kayu melengkung.
B. Sengon Solomon
Sengon Solomon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby
& J.W. Grimes) yang berasal dari Kepulauan Solomon
timur Papua Nugini ini merupakan jenis yang tumbuh
lebih cepat dibandingkan Sengon lokal. Pertumbuhannya
sampai 7 meter pada tahun pertama sedangkan pada
umur 5 tahun memiliki diameter 31 meter dan tinggi 22
meter dengan bentuk batang lurus dan sedikit cabang.
Sengon Solomon tumbuh optimal pada ketinggian
sampai 800 m dpl.
Tanaman kehutanan ini dapat berfungsi sebagai pohon
peneduh dan penghasil kayu. Kayunya memiliki serat
yang rapat dan ringan, biasanya sebagai bahan baku
kayu lapis, mebel, dan kerajinan tangan. Pengadaan
Sengon Solomon dapat dilakukan dengan semai biji.
Bentuk biji bulat lonjong, ukuran biji 5-10mm, kulit biji
berwarna hijau kebiruan. Satu kilogram benih sengon
solomon hanya sekitar 25.000 biji (mitrabibit.com, 2015).
Kemurnian dan kualitas Sengon Solomon dapat
dibuktikan dengan sertifikasi. Benih sengon yang Gambar 1.2
diketahui asal usulnya dan berasal dari indukan yang Pohon Sengon Solomon
memiliki kualitas yang baik cenderung lebih kuat dan tahan terhadap penyakit,
sedangkan benih yang tidak diketahui asal usulnya atau benih yang memiliki
kualitas rendah lebih rentan terserang penyakit (Rahayu, 2008).
2