Page 36 - MENELADANI KARAKTER DALAM CERPEN
P. 36

“Huss… nggak boleh su'udzon. Siapa tau Ibu lagi ke pasar.” jawab Fatimah.
                Lama menunggu, namun sang Ibu tak kunjung pulang hingga matahari mulai bergerak
              ke barat. Azan ashar pun sudah berkumandang dua jam yang lalu.
                Saat Fatimah hendak menutup pintu rumah, tak  sengaja matanya menangkap sosok
              wanita berkerudung dan baju panjang berjalan di gang rumahnya. Ia terpaku sesaat. Wanita
              itu kini berjalan mendekatinya.
                “Ibu? Ibu dari mana? Kok pakai baju tertutup gini? Eh, Ibu keliatan lebih cantik pakai
              jilbab.” ujar Fatimah jujur. Terkesima melihat tampilan Ibunya yang berbeda dari biasanya.
                Damayanti tersenyum hangat, “Iya, Nak. Ibu tadi siang dari pengajian, sekalian nganterin
              titipan kue ke tokonya Bu Sulis. Maaf ya Ibu pulang kesorean,” katanya.
                Fatimah dan Farhan hanya saling berpandangan dengan senyum mengembang, bahagia.
              ***









                           Sumber: https://ruangsastra.com/24630/usang-telah-usai/


                  Jika kalian perhatikan, dari cerpen di atas, kita dapat menganalisis struktur dan
            kaidah kebahasaanya.



               4.  Mengonstruksi Cerpen dengan Memerhatikan Unsur-Unsurnya
                                                                                 Mengonstruksi
                  Dalam mengonstruksi sebuah cerpen, topik dapat diambil dari kehidupan diri
            sendiri  ataupun  pengalaman  orang  lain.  Tugas  seorang  penulis  cerpen  adalah
            memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya sendiri. Unsur
            emosi  memang  penting  dalam  menulis  cerpen.  Kata-kata  yang  tidak  mampu
            membangkitkan suasana “emosi”, sering membuat karangan itu terasa hambar dan
            tidak menarik. Namun demikian, kata- kata tersebut tidak harus dibuat-buat. Kata-
            kata atau ungkapan yang kita pilih adalah kata-kata yang mempribadi. Kata-kata itu
            dibiarkan mengalir apa adanya. Dengan cara demikian, akan terciptalah sebuah karya
            yang segar, menarik, dan alamiah (Suherli et al., 2017, hal. 133)

                  Kegiatan  menulis  sangat  memerlukan  latihan.  Setiap  penulis  akan  menulis
            cerpen  baik  yang  berupa  pengalaman  sendiri  maupun  orang  lain.  Dengan  adanya
            pengalaman  tersebut  penulis  akan  memanfaatkan  pengalaman  tersebut  untuk





            26
                                                Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41