Page 28 - E-MODUL KAPITA SELEKTA IPS
P. 28

3.7 Paradigma Pendidikan Multikultural
                               Kemajemukan  merupakan  ciri  khas  bangsa  Indonesia  seperti  diketahui

                        Indonesia  merupakan  negara  kepulauan  dengan  jumlah  pulau  terbesar  di  dunia
                        yang mencapai 17.667 pulau besar dan kecil. Dengan jumlah pulau sebanyak itu

                        maka  wajarlah  jika  kemajemukan  masyarakat  Indonesia  merupakan  suatu

                        keniscayaan yang tidak bisa dielakan dan perlu disadari bahwa perbedaan tersebut
                        merupakan  karunia  dan  anugerah  Tuhan.  Pada  satu  sisi  kemajemukan

                        memberikan  dampak  secara  positif,  namun  pada  sisi  yang  lain  dia  juga
                        menimbulkan dampak negatif karena faktor kemajemukan itu lah justru terkadang

                        sering  menimbulkan  konflik  antar  kelompok  masyarakat.  Pada  akhirnya,

                        melahirkan di stabilitas keamanan, sosio ekonomi dan ketidak harmonisan sosial.
                        Pakar  pendidikan  Syafri  Sairin  (1992),  akar-akar  konflik  dalam  masyarakat

                        majemuk  yakni  (1)  perebutan  sumber  daya  alat-alat  produksi  dan  kesempatan
                        ekonomi, (2) perluasan batas-batas sosial budaya (3) Benturan kepentingan politik

                        Ideologi dan agama.

                                Dalam  menghadapi  pluralisme  budaya  tersebut,  diperlukan  paradigma
                        baru  yang  lebih  toleran,  yaitu  paradigma  pendidikan  multikultural.  Pendidikan

                        paradigma multikulturalisme tersebut penting sebab akan mengarahkan anak didik
                        untuk  bersikap  dan  berpandangan  toleran  dan  inklusif  terhadap  realitas

                        masyarakat yang beragam baik dalam hal budaya suku ras etnis maupun negara.
                        Pandangan ini dimaksudkan bahwa kita hendak apresiatif terhadap budaya orang

                        lain, perbedaan dan keragaman merupakan kekayaan dari khasanah bangsa kita.

                        Dengan  pandangan  tersebut  diharapkan  sikap  eksklusif  yang  selama  ini
                        bersemayam dalam otak kita dan sikap membenarkan pandangan sendiri dengan

                        menyalahkan  pandangan  dan  pilihan  orang  lain  dapat  dihilangkan  atau
                        diminimalisir.

                               Pendidikan  multikultural  disini  juga  dimaksudkan  bahwa  manusia
                        dipandang sebagai makhluk makro dan sekaligus makhluk mikro yang tidak akan

                        terlepas dari akar budaya bangsa dan kelompok etnisnya. Akar makro yang kuat

                        akan  menyebabkan  manusia  tidak  pernah  tercabut  dari  akar  kemanusiaannya.
                        Akar  yang  kuat  akan  menyebabkan  manusia  mempunyai  tempat  berpijak  yang

                        kuat,  dengan demikian tidak mudah diombang-ambingkan oleh perubahan  yang




                                                              24
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33