Page 36 - E-Modul Kapita Selekta PPKn SD
P. 36
meneliti bagaimana aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan serta
motivasi pengikut pengaruh pada satu arah dapat meningkatkan pengaruh
pada arah yang lainnya. Sebagaimana dikutip dari Bradford dan Cohen (1984,
hlm, 280), "Bila Anda mempunyai pengaruh terhadap atasan maka pengaruh
Anda terhadap bawahan dan rekan sejawat akan meningkat; mempunyai
pengaruh terhadap kolega akan memberi apa yang diinginkan oleh atasan Anda
dan yang dibutuhkan oleh bawahan anda; dan peningkatan prestasi bawahan
akan meningkatkan kekusaan Anda ke samping dan ke atas karena Anda dapat
memenuhi kewajiban dan janji-janji Anda." Mempengaruhi merupakan inti dari
kepemimpian. Agar seseorang dapat nenjadi pemimpin yang efektif, dia harus
mampu mempengaruhi orang ain agar mau menjalankan permintaan,
mendukung proposal dan mengimplementasikan kebijakan. Dalam organisasi
yang besar, efektivitas manajer tergantung pada kekuatan pengaruhnya
terhadap atasan dan rekan sejawat dan juga pengaruhnya terhadap bawahan.
d. Kompetensi Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diajarkan dan dilatih, dan bukan didapat sejak dari
lahir. Hal ini sering diperdebatkan, dan secara ilmiah telah dibuktikan pada
banyak survey bahwa dengan pelatihan dan dalam iklim yang menunjang,
seseorang dapat berkembang dan menjadi seorang pemimpin dan kebanyakan
orang harus berjuang pada kepekaan tentang kepemimpinan itu sendiri dan
menjadi kompeten melalui latihan dan pengalaman. Prof. Dr. M. H. Matondang,
SE, MA dalam bukunya menyatakan ada 10 jenis kecerdasan yang dapat
dipelajari oleh calon pemimpin terutama dalam menghadapi abad 21 yaitu
pemimpin yang memiliki ”Multi Intelligent”. Hal ini tercermin dari mutu
kepemimpinannya yang memiliki sikap, perilaku, tindakan serta hati nuraninya
menjadi lebih baik dan benar karena dia mampu menggunakan berbagai jenis
kecerdasan seperti:
(1) Kecerdasan Tradisional (IQ) maka dia dapat berpikir baik,
(2) Kecerdasan Emotional-EQ (Good Loving),
(3) Kecerdasan Ragawi (Good Acting), dan
(4) Kecerdasan Spiritual (SQ) pemimpin yang memuliakan Tuhan”.
Bagi Rossbeth Moss Kanter (1994), dalam menghadapi tantangan masa
depan yang semakin terasa kompleks dan akan berkembang semakin dinamik,
diperlukan kompetensi kepemimpinan berupa conception yang tepat,
competency yang cukup, connection yang luas, dan confidence. Menurut
Bennis dan Burt Nanus (1985) bahwa kompetensi kepemimpinan berupa “the
ability to manage” dengan attention (vision), meaning (communication), trust
(emotional glue), and self (commitment, willingness to take risk), sedangkan
menurut Peter F. Drucker, pemimpin seharusnya memiliki minimal 3 bidang
kemampuan/kompetensi yaitu: 1. Kemampuan pribadi, memiliki integritas
tinggi, memiliki visi yang jelas, intelegensia tinggi, kreatif dan inovatif, tidak
mudah merasa puas, fleksibel dan memiliki kematangan jiwa, sehat jasmani
dan rohani, wibawa dan kharismatik, mempunyai idealisme dan cinta tanah air.
2. Kemampuan kepemimpinan (Leadership Mastery), memiliki kemampuan
memotivasi orang lain, membuat keputusan yang cepat dan tepat,
mempengaruhi orang lain, mengelola konflik, berorganisasi, memimpin tim
kerja, mengendalikan stress dan keterampilan berkomunikasi. 3. Kemampuan
32