Page 14 - Tokoh Pemikir Karakter Bangsa
P. 14

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                sering—tokoh politik) bisa saja memakai halaman  yang banyak juga
                dalam  studi  ini.  Bukankah  mereka  yang  menyatakan  pemikiran
                tentang berbagai macam masalah itu adalah para individu yang telah
                bersentuhan     dengan     beraneka-ragam              permasalahan
                kemasyarakatan?  Karena  itu  janganlah  heran  kalau    biografi  sang
                tokoh  bisa  saja  menempati  tempat  yang  utama  dalam  penulisan
                sejarah  pemikiran  yang  bersifat  tematis  ini.  Bukankah  pemikiran
                tentang  “ini”  atau  “itu”  tidak  datang  begitu  saja?  Berbagai  corak
                pendekatan  pun  bisa  juga  menampilkan  dirinya.  Ada  biografi  yang
                menjelaskan     tempat     sang     intelektual   dalam    dinamika
                kemasyarakatan di zamannya. Ada juga biografi  yang lebih bersifat
                “umum”,  yang  secara  lengkap  menguraikan  asal  usul,  pendidikan,
                tindak  tanduk    serta  alur  pemikirannya  dan  tentu  saja  nasib
                peruntungan sang tokoh dalam perjalanan waktu. Maka bisalah juga
                dipahami  kalau  ada  juga    biografi  yang    lebih  menekankan  aspek
                “dinamika    pemikiran”  sang    tokoh  daripada  uraian  tentang  tindak
                tanduknya sebagai anggota atau tokoh masyarakat.  Tulisan Bernard
                Dahm  Sukarno  and  the    Struggle  for  Indonesian  Independence
                (Ithaca, New York: Cornell University Press, 1964) umpamanya, lebih
                bercorak “sejarah pemikiran” daripada riwayat hidup yang berkisah
                tentang  rangkaian    pengalaman  dan  gejolak  keragaman  aktivitas
                politik  yang  pernah  dilalui  sang  tokoh.  Meskipun  tidak
                mengatakannya  tetapi  sebenarnya  beberapa  artikel  yang  pernah
                diterbitkan dalam berbagai majalah atau buku yang bersikan biografi
                beberapa orang tokoh boleh juga dikatakan termasuk genre sejarah
                pemikiran.  Manusia  dalam  Kemelut  Sejarah,  yang  berkisah  tentang
                Sukarno,Sjahrir ,Tan Malaka, Sudirman dan lain-lain (terbitan LP3ES,
                1978 dan telah diulang cetak beberapa kali), umpamanya, juga lebih
                sejarah  pemikiran  daripada  sekadar  riwayat  hidup  dari  para  tokoh
                nasional yang dibicarakan.
                        Jadi bolehlah dikatakan bahwa baik  sejarah pemikiran yang
                bersifat  “umum”,  maupun  yang  bercorak  “tematis”  (lebih  terfokus
                pada  aspek-aspek  tertentu)    sangat  dekat  hubungannya    dengan
                biografi  pribadi  dan  sejarah-umum  dari  masyarakatnya.  Bukankah




                4
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19