Page 18 - Tokoh Pemikir Karakter Bangsa
P. 18

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA



                        Pada  tahun  2013  Direktorat  Sejarah  dan  Nilai  Budaya
                menerbitkan    buku  yang  berjudul    Sejarah  Pemikiran  Indonesia
                Modern. Terdiri atas lima bab dan sebuah pengantar panjang, buku
                ini  boleh  dikatakan  sebagai  kisah  sejarah  bangsa—sejak  awal  abad
                ke-20  sampai  dengan  berakhirnya  zaman  Orde  Baru  –  ditinjau  dari
                gejolak pemikiran anak bangsa dalam menjawab tantangan sejarah.
                Bab  “pengantar”  lebih  merupakan  “renungan  kesejarahan”  tentang
                arus  dan    dinamika  pemikiran  anak  bangsa,  sejak  awal  abad  ke-20
                sampai dengan berakhirnya zaman “Orde Baru”. Sedangkan  bab-bab
                yang  menyusul  adalah  uraian  historis  tentang  pertumbuhan
                kesadaran  nasionalisme,  pergumulan  ideologis,  dan  renungan
                kebudayaan  tentang  kebudayaan  nasional  sampai  akhirnya
                pergumulan pemikiran dalam penentuan corak kekuasaan.


                “Pembentukan Bangsa” dalam Dinamika Sejarah Pemikiran
                        Barangkali    tidaklah  berlebih-lebihan  kalau  dikatakan  bahwa
                tema  yang  paling  awal  dan  mungkin  juga  sangat  mendasar  dari
                sejarah  pemikiran–dalam  pengertian  sebagai  “intellectual  history--
                Indonesia  modern    ialah  menjawab  pertanyaan  “bagaimanakah
                proses  terjadinya  pembentukan  bangsa  Indonesia?”  Rangkaian
                peristiwa sejarah  apakah yang setahap demi setahap  yang akhirnya
                melahirkan  kesadaran  nasionalisme?  Kalau  pertanyaan  ini  yang
                diajukan sebagai academic exercise,  latihan akademis, maka hal yang
                lebih  dulu  harus  dilakukan  ialah  mendapatkan  pengetahuan  dan
                pemahaman  tentang  perubahan  struktural  yang  terjadi  sejak
                bermulanya perluasan jaringan kekuasaan kolonial.
                        Jika  memang  begitulah    sebaiknya  maka  dapatlah  dikatakan
                bahwa  sudah  sejak  awal  ketimpangan  geografis  dalam  rekonstruksi
                sejarah terpaksa harus terjadi juga. Hal ini terjadi karena fakta yang
                sederhana  saja--perluasan  kekuasaan  kolonial  terjadi  dalam  proses
                sejarah  yang  panjang.  Ketika  Batavia  telah  dibuat  menjadi  sebuah
                kota  yang  meniru  struktur  perkotaan  di  negeri  Belanda,  Aceh-
                Darussalam, umpamanya, masih merupakan sebuah kesultanan yang




                8
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23