Page 143 - Tere Liye - Bumi
P. 143

TereLiye “Bumi”   140




                  menutup seluruh dinding, membuat aula senyap, remang bagai malam

                  hari. Terputus dari dunia luar.

                         Jaring perak menangkap tanganku, lantas seperti lintah, men­jalar,
                  berjalan sendiri ke seluruh tubuh, berusaha membungkus badanku.
                  Semakin kencang aku berontak, semakin cepat jaring itu  bergerak. Aku
                  mengeluh panik.  Apa yang harus  kulakukan? Seli bahkan sudah
                  digendong salah satu dari mereka. Aku mulai putus asa.


                         Terdengar suara seperti gelembung air meletus pelan di dekat­ku.
                  Lantas kalimat datar bertenaga. ”Sepertinya aku datang ter­lambat....”

                         Entah muncul dari mana, di sampingku telah berdiri dengan gagah
                  orang yang juga amat kukenal selama ini. Tangannya ber­gerak cepat,
                  lebih cepat daripada bola mataku mengikuti, me­nebas jaring perak di
                  tubuhku, luruh ke bawah.


                         Aku terduduk. Orang yang baru datang itu mengulurkan
                  ta­ngan­nya, membantuku ber­diri,  lantas menatap ke  depan dengan
                  tenang.

                         ”Kalian seharusnya memilih lawan setara.”








































                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148