Page 265 - Tere Liye - Bumi
P. 265

TereLiye “Bumi”   262




                         Ilo bergegas menekan salah satu tombol, berseru. ”Di sini kapsul D­

                  210579, konfirmasi kepada pusat kendali. Ily, apa yang  sedang kamu
                  lakukan di sana?”

                         ”Papa, waktu kita terbatas.” Wajah pemuda yang terlihat di layar
                  tampak tegang. ”Aku berada di pusat kendali kapsul.”


                         ”Ily? Kamu baik­baik saja?” Ilo berseru.

                         ”Aku tidak bisa menjelaskan lebih banyak, Papa.” Wajah pe­muda
                  itu semakin tegang. Dia menoleh ke sana kemari. ”Aku di­tugaskan di
                  pusat pengendali sistem kereta bawah tanah se­lama masa transisi.
                  Seluruh kadet senior di akademi diperintah­kan untuk membantu
                  Pasukan Bayangan dalam masa transisi. Kami tidak bisa menolak,
                  banyak guru­guru yang ditangkap karena menolak perintah. Papa tahu,
                  aku menyukai sistem sejak dulu.


                         ”Beberapa menit lalu aku berhasil  mengonfirmasi bahwa Papa
                  berada di kapsul yang sedang dikejar Pasukan Bayangan. Aku berada di
                  ruang kendali backup. Aku bisa me­restart seluruh sistem kereta bawah
                  tanah. Dengarkan  baik­baik, Papa. Seluruh sistem akan restart. Itu
                  berarti seluruh lorong akan terbuka. Semua kapsul dengan kendali
                  otomatis akan berhenti. Papa punya waktu sembilan puluh detik untuk
                  kabur sebelum sistem kembali menyala, dan pintu darurat kembali
                  menutup. Itu cukup untuk mencapai stasiun darurat di permukaan.”


                         ”Ily?” Ilo berseru dengan suara bergetar.

                         ”Segera ke permukaan, Papa. Mama dan Ou baik­baik saja. Mereka
                  sedang berada di salah satu kapsul menuju rumah peristirahatan di teluk,
                  tidak ada yang mengikuti mereka. Dan jangan cemaskan aku, semua
                  baik­baik saja. Sampai ketemu lagi, Pa. Sistem restart sekarang.”


                         Layar televisi di dinding kapsul padam.

                         Ilo berseru mencegah sambungan diputus—dia jelas masih ingin
                  bertanya pada anaknya. Tapi tidak ada lagi waktu walau untuk mengeluh
                  sejenak, karena kapsul yang kami naiki persis  keluar dari lorong,
                  mengambang turun menuju peron. Dari ke­tinggian lima meter, kami bisa








                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   260   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270