Page 291 - Tere Liye - Bumi
P. 291

TereLiye “Bumi”   288




                         Dari layar televisi, dengan pembawa acara yang sama sejak tadi

                  pagi, suasana kota bawah tanah malam ini terlihat lengang, kontras
                  dengan segala kekacauan tadi siang. Jam malam telah diberlakukan.
                  Pasukan Bayangan berjaga di banyak tempat, dan mereka diperintahkan
                  menahan siapa pun yang keluar.  Peraturan itu sepertinya efektif
                  mencegah keributan meluas. Tapi sisa kerusuhan terlihat jelas di mana­
                  mana. Di bagian tertentu asap tebal masih mengepul,  jalanan kotor,
                  sampah berserakan.

                         Layar televisi pindah ke laporan situasi kota di atas per­mukaan,
                  Rumah Bulan. Sebagian besar dari ribuan bangunan berbentuk balon di
                  lembah terlihat gelap, penduduknya masih ter­tahan di kota bawah tanah,
                  memilih menginap di hotel. Lembah yang sehari sebelumnya indah
                  dengan warna terang, se­olah ada ribuan purnama, malam ini sebaliknya.
                  Termasuk  Tower Sentral, tiang tinggi dengan banyak cabang bangunan
                  balon itu. Hanya di bagian paling atas yang menyala terang, sepertinya
                  masih ada  kesibukan di atas sana. Kata Ilo, bangunan  paling atas itu
                  adalah markas panglima Pasukan Bayangan. Ma­suk akal jika masih aktif
                  hingga larut malam dalam situasi seperti ini.


                         Kami berempat terdiam saat layar televisi menayangkan situasi
                  terakhir dari depan gedung Perpustakaan Sentral. Jumlah Pasukan
                  Bayangan bertambah dua kali lipat. Itu titik terakhir yang belum dikuasai
                  selama dua belas jam terakhir, konsentrasi baru penyerbuan. Asap hitam
                  mengepul amat tinggi dan tebal. Separuh sayap kanan gedung itu rontok.
                  Entah bagaimana nasib jutaan buku di dalamnya.


                         ”Apakah Av baik­baik saja?” aku bertanya.

                         Ilo mengusap wajah, diam sejenak.


                         ”Jika hingga sekarang gedung perpustakaan belum jatuh, berarti Av
                  baik­baik saja. Aku tahu sifat Av. Dia akan membuat lawannya
                  mengerahkan seluruh kekuatan, menghabiskan waktu berjam­jam
                  sebelum dia meninggalkan perpustakaan. Av tidak akan menyerah hingga
                  titik usaha terakhir. Saat dia merasa tidak ada lagi yang bisa dia lakukan,
                  dia baru pergi dengan cara elegan.”

                         ”Pergi dengan cara elegan?”







                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   286   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296