Page 33 - MATERI SISTEM KOORDINASI (SISWA)
P. 33
c. Sistem Saraf Somatik
Sistem saraf somatik bersifat volunter (bekerja dibawah kesadaran) atau disebut dengan
sistem saraf sadar, terdiri dari neuron sensoris yang menyampaikan impuls dari kulit dan
reseptor perasa khusus dalam kepala, dinding tubuh dan anggota badan ke sistem saraf pusat
dan neuron motoris yang menyampaikan impuls dari sistem saraf pusat ke otot rangka. Ketika
neuron motor somatic menstimulasi otot, maka otot akan berkontraksi. Jika berhenti maka otot
akan mengalami kelumpuhan. Semua neuron motor somatik menghasilkan asetilkolin (ACh)
sebagai neurotransmitter. Jalur neuron motor somatik hanya menggunakan satu jalur neuron
yang meluas dari sinapsis sistem saraf pusat langsung dengan efektor (Silverthorn, 2010;
Tenzer, dkk., 2014).
d. Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom memasok persarafan otot polos, otot jantung, kelenjar-kelenjar dan
organ visceral. Sistem saraf otonom bekerja secara involunter (tidak sadar) yang mengontrol
fungsi rutin seperti laju metabolisme, kerja dan tonus otot internal dan memelihara kekonstanan
(homeostasis) unsur dalam darah, limfe dan cairan jaringan. Impuls motoris dari otak atau
medulla spinalis mencapai organ efektor viseral melalui dua neuron yaitu neuron preganglionik
(badan sel di dalam sistem saraf pusat dan ujungnya di luar sistem saraf pusat) dan neuron
posganglionik (badan sel di dalam ganglion otonom dan meluas ke efektor viseral). Sistem saraf
dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem saraf sistem saraf simpatetik dan sistem saraf
parasimpatetik. Keduanya memiliki fungsi yang berlawanan untuk menjaga homeostasis tubuh.
Sistem saraf simpatetik mempunyai serabut preganglionic lebih pendek karena letak ganglion
simpatetiknya dekat dengan medulla spinalis, sedangkan serabut posganglioniknya lebih
panjang. Sistem saraf parasimpatetik mempunyai preganglionic relative panjang dan serabut
posganglionik lebih pendek karena terletak di dekat atau pada dinding organ yang disarafi. Efek
psikologi dari saraf simpatetik yaitu respon melawan atau lari, sedangkan saraf parasimpatetik
yaitu aktivitas istirahat dan cerna (Tenzer, dkk., 2014; Tortora & Derrickson, 2014). Berikut
beberapa efek saraf simpatetik dan saraf parasimpatetik pada Tabel 6 dan Gambar 14.
Tabel 6. Efek Saraf Simpatetik dan Saraf Parasimpatetik
Efek Viseral Efek Stimulasi Sistem Saraf Simpatetik Efek Stimulasi Sistem Saraf
Parasimpatetik
Kelenjar
Lakrimal (Air mata) Sedikit sekresi air mata Sekresi air mata
Pankreas Menghambat sekresi enzim Sekresi enzim pencernaan dan
pencernaan dan hormon insulin; hormon insulin
Meningkatkan sekresi hormon
glukagon
Pituitary posterior Sekresi ADH Tidak ada persarafan
Keringat Meningkatkan sekresi keringat ke Tidak ada persarafan
sebagian besar tubuh; keringat pada
telapak kaki dan tangan
Pineal Meningkatkan sintesis dan Tidak ada persarafan
menghasilkan melatonin
Medulla adrenal Sekresi epinefrin dan norepinefrin Tidak ada persarafan
27