Page 79 - Sejarah Pendidikan di Kota Surabaya
P. 79

Raden  Rahmat  pertama  kali

                                                                           datang  ke  Pulau  Jawa  pada  abad
                                                                           ke-15.  Ia  sempat  singgah  di

                                                                           daerah  Kembang  Kuning  dan

                                                                           membangun  sebuah  masjid  kecil

                                                                           sederhana.     Masjid    tersebut

                                                                           digunakan  Sunan  Ampel  untuk
                                                                           beribadah dan berdakwah.

                                    Masjid Rahmat saat ini


                  Dakwah dengan mengajarkan agama Islam kepada masyarakat sekitar. Di masjid Rahmat ini

                  Sunan Ampel menerima dan mendidik santri namun, muridnya masih sangat sedikit. Setelah

                  itu, Raden Rahmat melanjutkan perjalanan ke Ampeldenta dan menetap di kawasan yang

                  dihadiahkan oleh Raja Majapahit.


                  Raden  Rahmat  atau  Sunan  Ampel,  memiliki  ±3000

                  pengikut  dengan kegiatan utamanya adalah berdakwah. Ia
                  mendirikan  masjid  yang  dijadikan  selain  untuk  tempat

                  ibadah  juga  sebagai  pesantren  tempat  mendidik  putra

                  bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang
                  mau  datang  berguru  kepada  beliau.  Raden  Rahmat  di

                  Ampeldenta  terus  mengajar  mengaji  putera-puteranya

                  terutama  Makdum  Ibrahim  (Sunan  Bonang)  dan  Qasim

                  (Sunan  Drajat),  juga  santri  santri  lainnya  seperti  Raden

                  Paku  (Sunan  Giri)  dari  Gresik,  Raden  Patah  dari  Demak,
                  Raden Kusen dari Palembang dan lain lain. Ajaran              Masjid Ampel di Surabaya, 1910

                  Raden Rahmat yang terkenal adalah falsafah hidup

                  “Moh Limo” yang berarti tidak maumelakukan lima hal
                  tercela, yaitu: Moh Main : tidak mau berjudi;

                  Moh Ngombe: tidak mau minum arak atau mabuk;

                  Moh Maling: tidak mau mencuri;

                  Moh Madat: tidak mau narkoba;

                                                                                                           73
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84