Page 143 - Microsoft Word - INDONESIA IS WE_56 GURU MOTIVATOR NASIONAL_ANTOLOGI
P. 143
menggembirakan. Banyak materi pelajaran yang kugubah
dalam bentuk puisi, menjadikan ketertarikan anak didik selain
pada puisi itu sendiri, juga pada materi yang diampu.
Selain memuisikan materi pelajaran, secara aktif aku turut
menyemarakkan literasi lewat kegiatan workshop dan
pelatihan skala kecil ke luar lingkungan sekolahku lewat
Rumah Literasi Sumenep, di mana aku merupakan salah satu
tim relawannya bersama beberapa rekan relawan lain dari
bermacam profesi dan jenjang kependidikan. Telah banyak
tempat yang kutuju dalam upaya menggairahkan
perkembangan literasi, baik di sekolah tingkat dasar maupun
menengah di kabupaten Sumenep ini. Tentu saja, bahasan
yang menjadi kemampuanku adalah puisi. Strategi yang
kugunakan ketika mentransfer ide bukanlah langsung pada
titik fokus mencipta puisi, namun diutamakan ketertarikan
minat dan apresiasi sastra puisi. Setelah mereka merasakan
ketertarikannya pada puisi, lalu mampu mengapresiasi karya
puisi, barulah kuajak untuk belajar menulis puisi secara bebas,
tanpa terikat jenisnya.
Kubebaskan siswa berekspresi sesuai minat dan
kemampuannya. Bagiku, semua karya adalah indah. Tak ada
yang keliru dari sebuah karya. Yang salah adalah ketika tidak
mau berkarya sedang Tuhan telah menganugerahkan talenta.
Siswa literasi bebas beradu beda pandangan denganku,
mereka tak segan meminta masukan dan arahan atas karya
puisinya. Aku bahkan membuka kran konsultasi lewat telepon
ataupun pesan, seusai pelatihan. Dari kegiatan ini, bisa
ditengarai mana siswa yang bersungguh‐sungguh minat dan
memiliki talenta menulis puisi. Hal ini bisa terbaca dari
Indonesia is We (56 Kisah Terbaik Guru Motivator Literasi di Indonesia) | 127