Page 188 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 188

Kondisi  yang  dialami  oleh  Mabel  dalam  bentuk  penindasan  termasuk  pada

                        feminisme transformasi gender dan termasuk ke dalamkajian sastra feminis dalam
                        analisis gender dan kekerasan (Fakih, 2013).

                             Pada saat sebelum diseret ke mobil tahanan, Mabel meminta Mace jangan

                        mengkhawatirkan  dirinya  dan  meminta  Leksi  agar  mau  berjanji  pada  dirinya,
                        sebagaimana terdapat pada teks berikut ini

                             “Jangan  menangis  Lisbeth!  Jadilah  perempuan  yang  kuat  untukku.  Dan
                             Leksi!  Berjanjilah  untuk  rajin  bersekolah,  Nak.  Jangan  jadi  buta  warna
                             seperti Mabel-mu ini sehingga kau bisa ditipu. Jangan pula jadi buta hati
                             seperti mereka yang tega menipu dan menyakiti kita. Jaga diri kalian. Aku
                             pasti pulang!” (Thayf, 2009, hlm. 222).

                        Tindakan aparat keamanan yang sewenang-wenang, perbuatan Tuan Gerson yang

                        dzalim  bersama  Mama  Mote  yang  menjerumuskan  Mabel,  semua  pesoalan  ini
                        sebagai bahan kajian kritik feminis ideologis (Djajanegara, 2003) yang dalamnya

                        mengandung  unsurketidakadilan  terhadap  perempuan  dalam  bentuk  tindak
                        kekerasan terhadap perempuan.

                             Novel  Tanah  Tabu  dilihat  dari  judulnya  memberi  simbol  tentang  sebuah

                        wilayah  yang  dijunjung  tinggi  masyarakat  lembah  Baliem  dengan  nilai-nilai
                        tradisinya yang sakral. Sebagai sebuah masyarakat yang masih menjaga nilai-nilai

                        tradisi  kepercayaan  mereka  namun  mulai  tergerus  budaya  materialistik  akibat
                        pengaruh  pembangunan  infrastruktur  dari  pusat.  Judul  novel  ini  dapat  diartikan

                        sebagaimana pada teks:

                             Masih cukup jelas dalam ingatan masa kanak-kanakku betapa saat itu aku
                             tengah merasa hidup di dalam taman surga sang alam yang tak terjamah.
                             Tanah keramat yang tak terusik. … Namun ternyata aku salah. Salah besar!
                             Hidup  akhirnya  mengajarkan  kepadaku  hal  terindah  ibarat  gundukkan
                             daging  mentah  yang  memikat  hidung  setiap  pemangsa  lapar.  …    (Thayf,
                             2009, hlm. 8).
                             Pengisahan  novel  ini  menggunakan  teknik  sudut  pandang  orang  pertama.

                        Pengarang menggunakan atribut dirinya sebagai penutur dengan menggunakan kata
                        “aku”  dari  awal  sampai  akhir  cerita  sebagaimana  Pum  yang  di  awal  bercerita

                        tentang semua tokohnya, misalnya pada teks Aku teringat pada suatu waktu pada
                        masa lampau manakala semua warna itu menjadi satu dalam latar hijau yang teduh







                                                                                                    182
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193