Page 192 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 192
yang ada di dalam novel ini. Tak terkecuali pada tokoh utama perempuan, yaitu
Leksi. Sebagai anak perempuan yang masih berusia tujuh tahun, tanpa disadari
dirinya telah mendapat pengaruh faham feminis dari nenek dan ibunya. Leksi
mendapat pengetahuan tentang kesetaraan gender, diskriminasi gender, maupun
kekerasan gender pada perempuan yang tanpa disengaja selalu menguping obrolan
dan nasihat-nasihat dari Mabel pada dirinya. Mabel dan Mace juga dikisahkan oleh
hewan peliharaan mereka, Pum (anjing) dan Kwee (babi) bahwa pernah
mendapatkan kekerasan gender dari suami mereka. Mabel memilih berpisah dari
suaminya yang kasar. Sementara Mace ditinggalkan ayah Leksi yang bernama
Johanis karena kesalahpahaman dan dengan tindak kekerasan yang pernah
dilakukan terhadap Mace. Namun akhirnya mereka berdua meyakini bahwa tanpa
lelaki dalam kehidupan mereka lebih menghadirkan kedamaian dan kemandirian.
Membaca perjuangan kedua tokoh perempuan tanpa kehadiran lelaki seperti Mabel
dan Mace, dalam hal ini Anindita digolongkan sebagai pengarang beraliran
feminisme eksistensialis yang menurut Simone de Beauvoir (Thornham, 2010).
Anindita memunculkan sosok para perempuan Dani yang berada dalam tekanan
hukum adat patriarkhi dengan menghadirkan berbagai citra diri yang
ditampilkannya, hal ini juga yang menunjukkan Anindita termasuk ke dalam
pengarang beraliran feminisme radikal (Fakih, 2013).
Isi novel Tanah Tabu terdiri atas data-data teks yang dapat dikaji dengan
kritik feminis ideologis, kritik feminis transformasi gender dalam transformasi
sosial, dan kritik feminis ginokritik. Pengkajian terhadap isi novel ini tidak
menyeluruh pada semua data teks yang bermuatan feminisme (lihat pada tabel di
lampiran). Pengkajian pada novel ini hanya terhadap data-data teks yang dapat
mewakili data teks bermuatan feminisme bedasarkan kesesuaian jenis kritik sastra
feminis yang digunakan.
Tindak kekerasan yang pernah dialami oleh Mabel dari kedua suaminya,
selanjutnya tindak kekerasan ayah Leksi yang bernama Johanis terhadap Mace, dan
kekerasan yang dilakukan ayah Yosi terhadap Mama Helda, semua itu termasuk ke
dalam kajian kritik feminis ideologis (Djajanegara, 2003). Sementara tindak
186