Page 470 - SKI jld 3 pengantar menteri Revisi Assalam
P. 470
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3
Selain itu, aspek normatif-kognitif juga signifikan dalam rekruitmen anggota.
Berdasarkan survei di beberapa gerakan Islam kampus, mahasiswa tertarik untuk
terlibat dalam gerakan Islam tidak hanya untuk memperdalam ilmu agama, tapi
juga untuk capacity building seperti untuk pembentukan karakter, menemukan
potensi diri, dan juga sebagai proses pendewasaan diri. Aspek-aspek di atas
diperhatikan oleh berbagai gerakan islam kampus sehingga mereka menjadi
organisasi alternatif bagi mahasiswa.
Isu-isu Sentral Perjuangan
Gerakan Islam di berbagai perguruan tinggi di Indonesia sangat beragam karena
Gerakan-gerakan Islam memang masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Keragaman
kampus tidak bisa gerakan juga karena mereka masing-masing concern dalam mensikapi berbagai
dilepaskan dari isu-isu
kontemporer ketika masalah yang muncul di lingkungan kampus dan masyarakat. Oleh karena
Islam berhadapan itu, gerakan-gerakan Islam kampus tersebut tidak bisa dilepaskan dari isu-
dengan modernitas. isu kontemporer ketika Islam berhadapan dengan modernitas. Di antara isu-
Di antara isu-isu yang
akan dibahas dalam isu yang akan dibahas dalam sub-bab ini adalah syari’ah, Khilafah Islamiyah,
sub-bab ini adalah demokrasi, dan pluralisme.
syari’ah, Khilafah
Islamiyah, demokrasi,
dan pluralisme. Walaupun syari’ah sudah ramai dibicarakan orang sejak masa refrmasi, tetapi
konsep itu tampaknya belum dipahami dengan baik oleh mahasiswa, termasuk
aktifis gerakan kampus. LDK dan KAMMI secara umum mendukung konsep
Syariah, namun mereka tidak mengetahui secara pasti bagaimana aplikasi
Syari’ah dalam kehidupan sehari-hari. Sejauh ini aktivis gerakan Islam kampus
lebih memahami konsep Syari’ah secara taken for granted karena sejak awal
mereka memahami Islam sebagai agama yang kaffah. Bagi mereka, syari’ah lebih
dimaknai sebagai formalisasi hukum-hukum Islam. Bahkan beberapa gerakan
menginginkan syariat-isasi kampus, walaupun mereka tidak menjelaskan apa
yang dimaksud dengan konsep tersebut.
Senada dengan Syariah, konsep Khilafah Islamiyah juga tidak dipahami secara
jelas oleh beberapa gerakan Islam kampus. Walaupun beberapa aktivis LDK
dan KAMMI mendukung konsep ini, mereka tidak cukup mempunyai konsep
bagaimana roadmap menuju Khilafah Islamiyah. Mereka memahami bahwa
konsep ini baik karena pemahaman normatif mereka terhadap Islam.
Konsep demokrasi dan pluralisme sebetulnya bernasib tidak jauh berbeda
dengan konsep Syari’ah dan Khilafah Islamiyah. Walaupun konsep ini adalah
produk Barat, namun karena mahasiswa sudah sering mendengarkan konsep
ini maka resistensi terhadap konsep ini tidak cukup kuat. Mayoritas aktivis LDK
dan KAMMI di beberapa kampus di Yogyakarta tidak secara frontal menolak
454