Page 103 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 103
tekanan untuk mereduksi peran organisasi ekstra yang lebih
dominan di perankan oleh HMI. Namun demikian upaya tersebut
tidak mampu bertahan lama dan pada akhirnya isu tersebut lambat
laun mengalami pergeseran mindset yang lebih rasional dan
terbuka.
HMI yang lahir karena keindonesiaan, kebangsaan dan
keislaman dalam perkembangan kehidupan kader HMI perlunya
memahami dan mendalami islam secara substantif dan mampu
mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan nyata. Dan saatnya
di mulai dari perkaderan formal hingga pengkajian islam yg lebih
intensif.
Kultur politik yang lebih banyak tumbuh subur dalam diri
kader HMI mesti melakukan perubahan mind set baru yang
mengarah pada pengembangan potensi diri berbasis pikiran
ekonomi. Saatnya format perkaderan formal (bastra [LK I],
intermediate training [LK II], dan advance training [LK III])
memberikan bobot pemahaman konsep dan gagasan visi pada
pengembangan potensi bakat yang berorientasi ekonomi sehingga
mendorong produksi kader HMI melahirkan pengusaha baru karena
reproduksi kader politik bagi HMI sudah kebablasan.
4.7 Mastri Susilo (1999-2000)
Pada periode ini, Ketum HMI Cabang Kendari yakni Mastri
Susilo, mengganti Darman Bedu. Mastri terpilih menjadi ketum
merupakan hal tidak terduga. Selama ini, dalam pemilihan ketua
umum, semua dari latar belakang identitas etnik Buton, Muna, Bugis,
dan Tolaki. Sebagaimana diketahui, di Kota Kendari beberapa suku
yang ada seperti suku Buton, suku Muna, suku Bajo, suku Bugis, suku
Makassar, suku Jawa.
Saat itu, kegiatan konpercab bertempat di taman budaya,
yang sekarang gedung itu sudah tidak ada. Mastri memperoleh
sebanyak 8 (delapan), unggul 1 (satu) suara dari Sarlan Adi Jaya yang
84