Page 169 - Konferensi Pers Hasil Operasi Penindakan pada Produksi dan Peredaran Produk Ilegal di Kota Bandung dan Kabupaten Bogor
P. 169

mengandung BKO Paracetamol dan Sildenafil," ucap,Kepala Badan POM, Penny K. Lukito,
                Senin (7/3/2022).

                Menurutnya,  Bahan  Kimia  Obat  merupakan  bahan  yang  dilarang  digunakan  dalam  obat
                tradisional dan pangan olahan.

                "Bahan kimia obat seperti Parasetamol dan Sildenafil merupakan bahan yang digunakan untuk
                produksi obat. Jika tidak digunakan sesuai aturan pakai (dosis), bahan kimia obat ini dapat
                menimbulkan risiko tinggi dan efek samping yang dapat membahayakan kesehatan," ucapnya.

                Penggunaan  bahan  kimia  obat  Parasetamol  dan  Sildenafil  secara  tidak  tepat  dapat
                mengakibatkan  efek  samping  yang  ringan,  berat  bahkan  sampai  menimbulkan  kematian.
                Parasetamol dapat menimbulkan efek samping mual, alergi, tekanan darah rendah, kelainan
                darah,  dan  jika  digunakan  secara  terus-menerus  dapat  menimbulkan  efek  yang  lebih  fatal
                seperti kerusakan pada hati dan ginjal.

                Sedangkan Sildenafil dapat menimbulkan efek samping mulai dari yang ringan seperti mual,
                diare, kemerahan pada kulit, hingga reaksi yang lebih serius seperti kejang, denyut jantung
                tidak teratur, pandangan kabur atau buta mendadak, bahkan dapat menimbulkan kematian.

                “Nilai keekonomian barang bukti ini diperkirakan mencapai 1,5 miliar rupiah”, ungkap Kepala
                Badan POM.

                BPOM  sebelumnya  telah  melakukan  pemantauan  dan  analisis  terhadap  penjualan  online
                produk pangan olahan mengandung BKO dengan merek Kopi Jantan pada periode Oktober–
                November 2021. Hasil pemantauan tersebut menunjukkan penjualan produk tersebut memiliki
                nilai transaksi rata-rata sebesar 7 miliar rupiah setiap bulannya.

                Selanjutnya hasil operasi ini akan diproses secara hukum (pro justitia) yang mengarah pada 2
                (dua) orang pelaku produksi dan peredaran pangan dan obat tradisional ilegal. Pelanggaran
                yang dilakukan para pelaku tidak hanya terkait legalitas/izin edar produk namun juga produk
                yang  membahayakan  kesehatan  masyarakat  karena  diproduksi  pada  sarana  ilegal,  tidak
                sesuai  dengan  cara  produksi  yang  baik  serta  menggunakan  BKO  yang  tidak  boleh
                ditambahkan pada pangan olahan maupun obat tradisional.

                Para pelaku yang memproduksi dan mengedarkan produk pangan ilegal mengandung bahan
                kimia obat ini dapat dipidana sesuai ketentuan Pasal 136 Undang Undang Nomor 18 Tahun
                2012 tentang Pangan dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda
                paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) serta Pasal 140 Undang Undang
                Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan sebagaimana telah diubah dengan Pasal 64 Undang-
                Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dengan ancaman pidana penjara paling
                lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

                Sedangkan  para  pelaku  yang  memproduksi  dan  mengedarkan  obat  tradisional  ilegal
                mengandung  bahan  kimia  obat  dapat  dipidana  sesuai  dengan  Pasal  196  Undang-Undang
                Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan ancaman pidana penjara paling lama 10
                (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) serta Pasal
                197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan sebagaimana diubah dengan
                Pasal 60 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dengan ancaman pidana
                penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu
                miliar lima ratus juta rupiah).

                Dari  pengungkapan  di  lapangan  diketahui  bahwa  jaringan  yang  memproduksi  dan
                mengedarkan  produk  ilegal  ini  teridentifikasi  telah  beroperasi  selama  2  (dua)  tahun  sejak
                Desember 2019. “Badan POM akan terus melakukan pengembangan dan identifikasi jaringan
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174