Page 60 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 60
belah persatuan dan kesatuan di wilayah Pulau Tujuh dan berpegang kepada devide
et impera yang menguntungkan pihak Belanda.
Oleh karena itu, jauh sebelumnya sudah ditetapkan seorang penguasa Belanda
bernama Van Kerkhorff pada tahun 1908 di Tanjung Belitung atau di Binjai di depan
Pulau Sedanau. Pada masa itu hutan belukar di daerah Binjai dan sekitarnya sangat
lebat dan penuh rawa-rawa yang merupakan tempat sarang nyamuk malaria. Oleh
karena itu, tidak lama kemudian Kerkhorff terkena malaria lalu pindah ke Sedanau
dan tak lama kemudian meninggal dunia.
Sementara itu, Sultan Abdul Rahman Al Muazam Syah beserta Tengku Besar
Umar dimakzulkan oleh Belanda pada tahun 1911. Pada tahun 1913 dengan resmi
Kesultanan Riau Lingga dibubarkan oleh penguasa Belanda. Pada masa itu, seluruh
Datuk Kaya di Pulau Tujuh dan wilayah lainnya di wilayah Lingga Riau berkumpul di
gedung tempat kediaman residen untuk menerima penjelasan dari penguasa Belanda
di antaranya menyinggung wilayah Pulau Tujuh mendapat perubahan pembagian
wilayah, yaitusebagai berikut.
1. Wilayah Datuk Kaya Pulau Bunguran dibagi dua wilayah, yaitu Bunguran Barat
dan Bunguran Timur, sedangkan Pulau Panjang tersendiri.
2. Wilayah Datuk Kaya Jemaja dibagi dua, yaitu wilayah Datuk Kaya Ulu Maras
dan Kuala Maras. Hasil pemecahan wilayah menunjukkan adanya usaha untuk
memecah masyarakat Melayu yang relatif sudah harmonis di bawah kepemimpinan
Datuk Kaya di Pulau Tujuh.
Dalam perkembangannya, adanya pengakuan kedaulatan pemerintah Belanda
terhadap keberadaan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang dilakukan oleh
Ratu Juliana di hadapan Muhammad Hatta dan De Lowink dari Belanda membawa satu
konsekuensi, yaitu daerah yang merupakan bagian dari RIS yang berstatus keresidenan
dihapus termasuk Keresidenan Riau. Berhubung wilayah Sumatra Tengah sangat luas,
Riau diberi status keresidenan (setingkat kabupaten) dengan Residen R.M. Oetoeyo
yang berada di bawah koordinasi Gubernur Sumatra Tengah. Berdasarkan Undang-
Undang No. 10 Tahun 1948, Keresidenan Riau merupakan bagian dari Provinsi
Sumatra Tengah yang beribu kota di Bukittinggi. Adapun Gubernur Sumatra Tengah
pertama adalah Ruslan Mulyohardjo. Pemerintah daerah Provinsi Sumatra Tengah
kemudian mengadakan konsolidasi untuk mengambil langkah-langkah terhadap
penghapusan keresidenan tersebut. Setelah status keresidenan Riau dihapuskan,
Residen Riau, R.M. Oetoeyo, ditarik ke kantor Gubernur Sumatra Tengah di
Bukittinggi. Adapun keputusan yang diambil adalah Keresidenan Riau dibagi dalam
4 kabupaten (Sutjiatiningsih, 1999:36).
1. Kampar (sebagai ganti Kabupaten Pekanbaru) merupakan kabupaten yang
wilayahnya meliputi Siak Hulu, Bangkinang, Rokan Kiri dan Kanan, Kampar Kiri,
dan Langgam beribu kota di Pekanbaru. Orang yang ditunjuk sebagai kepala
daerah (bupati) adalah Dt. Wan Abdulrachman.
Mutiara di Ujung Utara 43