Page 32 - Fix e modul-22
P. 32

B. Metode Dakwah Sunan Ampel


                               Metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Ampel memang sangat

                     berbeda dengan wali yang lainnya. Metode dakwah Sunan Ampel dilakukan

                     dengan dua yaitu pendektatan pembaharuan dan pendekatan intelektual.


                     Sunan Ampel membawa masyarakat Majapahit kelas menengah ke bawah

                     dilakukan dengan  pembaruan keagamaan  yaitu  memberikan ajaran Islam

                     sesuai dengan Al-Quran. Sedangkan, ketika menghadapi orang-orang yang

                     cendekia,  Sunan  Ampel  menggunakan  pendekatan  intelektual  yaitu

                     penalaran logis. Sunan Ampel mempekenalkan inovasi dalam berbagai aspek


                     kehidupan masyarakat kala itu. Beberapa Walisongo lainnya menggunakan

                     metode dakwah melalui pendektan seni dan budaya. Namun, Sunan Ampel

                     lebih  memilih  menggunakan  pendekatan  intelektual  dengan  memberikan

                     wacana intelektual dan diskusi cerdas, kritis, dan diterima akal manusia.



                               Dikarenakan  istri  dari  Prabu  Wijaya  khawatir  dengan  kondisi

                     suaminya,  ia  memberikan  saran  kepada  suaminya,  bahwa  ia  mempunyai

                     seorang  keponakan  yang  ahli  mendidik  dalam  hal  untuk  mengatasi

                     kemerosotan  budi  pekerti,  keponakannya  bernama  Raden  Rahmat.  Pada

                     tahun  1443  M,  beliau  datang  ke  tanah  Jawa  untuk  menemui  bibinya


                     Dwarawati.  Kedatangan  Raden  Rahmat  ke  tanah  Jawa  tidaklah  sendiri,

                     beliau ditemani oleh ayahnya Syekh Maulana Malik Ibrahim dan kakanya

                     yang  bernama  Sayyid  Ali  Murtadha.  Diduga  mereka  tidak  langsung  ke

                     Majapahit, melainkan mendarat di Tuban. Di Tuban, Syekh Maulana Malik

                     Ibrahim  jatuh  sakit  dan  meninggal  dunia.  Kemudian  Raden  Rahmat


                     melanjutkan  perjalanannya  ke  Majapahit  menghadap  Prabu  Brawijaya

                     sesuai       permintaan           Ratu       Dwarawati.           Setelah        Prabu        Brawijaya

                     mengutarakan  maksudnya,  ternyata  dengan  senang  hati  Raden  Rahmat

                     bersedia  untuk  mendidik  kaum  bangsawan  dan  rakyat  Majapahit  agar

                     mempunyai  budi  pekerti  mulia.  Saking  gembiranya,  Prabu  Brawijaya


                     menghadiahkan  sebidang  tanah  di  Surabaya.  Hal  ini  terdapat  sikap




                                                                                                                                    21
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37