Page 172 - Kelas_06_SD_Tematik_1_Selamatkan_Makhluk_Hidup_Siswa
P. 172

Masuklah sosok petugas administrasi yang sudah sangat Amalia kenal. Sambil
                   tersenyum ia berkata,”Ibu Marini sudah boleh pulang siang ini ya dik.

                   Nanti  perawat  akan  membantu  menyiapkan  obat-obat  yang  harus  dibawa
                   pulang. Semoga di rumah semakin pulih ya.” Amalia tak bisa menjawab.
                   Matanya terpaku pada sebuah amplop putih yang digenggam oleh petugas

                   administrasi itu. Pikirannya hanya mengenai satu hal, berapa tagihan yang
                   tertera dalam amplop itu? Bagaimana ia bisa membayarnya?

                   Amalia menerima amplop yang diulurkan dengan tangan gemetar. Sepeninggal
                   petugas  administrasi,  ia  berusaha  menenangkan  diri dan  membukanya
                   perlahan. “Biarlah kalau aku harus berhenti kuliah dan bekerja, aku akan rela
                   melakukannya asal bisa membawa Ibu pulang,” ucapnya lirih, seakan bicara

                   pada dirinya sendiri.

                   Betapa terkejutnya Amalia ketika membuka lembar tagihan itu dan menemukan
                   tulisan ‘LUNAS’ tercetak di bawah angka puluhan juta yang ditagihkan
                   sebagai biaya perawatan ibunya, Setengah berlari ia keluar kamar menuju
                   ruang administrasi. Dihampirinya petugas yang tadi mengantarkan amplop

                   itu ke kamar ibunya,”Bagaimana bisa lunas bu? Siapa yang membayarnya?”
                   Petugas administrasi itu tersenyum dan menjawab singkat, “Dokter Han yang
                   melunasinya, bu.” Amalia tercengang, “Dokter Han? Dokter Han yang mana
                   ya? Taka da nama Dokter Han di antara tim yang merawat ibu saya,” Amalia

                   mencoba mengingat-ingat.

                   “Dokter  Han  adalah  Direktur  Rumah  Sakit  ini, bu”  petugas  itu  mencoba
                   menjelaskan, sambil membuka lemari di samping mejanya. Amalia masih
                   kebingungan. Kemudian petugas administrasi itu menyerahkan sebuah
                   kantong dengan selembar kertas. Amalia menjadi lebih bingung lagi melihat

                   isi kantong itu, nasi bungkus dan sekotak susu. Sambil keheranan, dibacanya
                   secarik  kertas  yang diselipkan  di dalam  kantong.  Nasi bungkus  dan  susu
                   seperti ini, membuatku bisa bersekolah dan menjadi dokter. Terimakasih atas
                   kebaikan Ibu berdua.

                   Amalia mengusap matanya yang basah dan tersenyum bahagia sambil
                   mengingat-ingat sesosok anak laki-laki yang berpakaian kumal dan berbau

                   tidak sedap, asik mengorek sampah di depan kompleknya. “Dokter Han, terima
                   kasih..” ujarnya lirih.











                   166 Buku Siswa SD/MI Kelas VI
   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176