Page 171 - Kelas_06_SD_Tematik_1_Selamatkan_Makhluk_Hidup_Siswa
P. 171

Berbalas Kebaikan
                                        Oleh : Rivaldo Rahman Hakim/Hanni Darwanti





                      Han adalah seorang anak yatim piatu. Usianya 18 tahun dan ia tak bersekolah,
                      karena tinggalnya pun berpindah-pindah. Ya, Han memulung sampah dari
                      perumahan lalu menjual apa saja dari tumpukan sampah itu yang laku untuk
                      dijual. Uang yang dihasilkannya hanya cukup untuk makan saja.

                      Han bukannya tak ingin melanjutkan sekolah. Ia juga tahu bahwa ia dapat

                      bersekolah dengan gratis, tetapi Han selalu berpikir, bagaimana ia dapat
                      makan jika dari pagi hingga siang harus bersekolah. Apalagi Han juga harus
                      merawat neneknya.  Sejak delapan tahun lalu, nenek Han –lah yang merawat
                      Han, sepeninggal ayah dan ibunya. Sekarang nenek sudah sakit-sakitan,

                      tak lagi bisa berjualan di pasar, sehingga Han yang harus mencari uang dan
                      menyiapkan makan untuk nenek dan dirinya sendiri.

                      Berbeda dari pagi biasanya, pagi itu ketika sedang mengais sampah di
                      perumahan Lestari Indah, seorang Ibu menghampiri Han. Seorang anak
                      perempuan kecil mengikuti Ibu itu sambil menatap malu-malu ke arah Han.

                      Ibunya mengulurkan bungkusan padat sambil berkata, “Ini untukmu sarapan.”
                      Sementara si gadis kecil meletakkan sekotak susu di hadapan Han, tanpa kata-
                      kata, hanya tersenyum.

                      Sejak pagi itu, tak pernah terlewatkan seharipun, sang Ibu beserta anak
                      gadisnya selalu meninggalkan sebungkus nasi dan sekotak susu di tempat Han

                      biasa mengais sampah. Melalui tukang sayur yang biasa berjualan di pojok
                      jalan Han mengetahui nama mereka, Ibu Marini dan Amalia.

                      15 tahun berlalu. Amalia sangat gelisah. Sudah tiga minggu lebih ibunya sakit.
                      Amalia membayangkan biaya yang menggunung dan bagaimana ia harus
                      membayarnya? Sedangkan ia sendiri hanyalah seorang mahasiswa yang

                      mungkin, tak lagi bisa melanjutkan kuliahnya karena untuk membayar biaya
                      perawatan Ibunya saja ia tak sanggup.

                      Tiba-tiba pintu kamar diketuk. Hati Amalia menciut. Biasanya, pada jam itu
                      petugas dari bagian administrasi Rumah Sakit mengantarkan selembar kertas
                      berisi tagihan sementara biaya perawatan hingga hari itu. Kondisi Ibu sudah
                      jauh  lebih  baik,  tetapi  Amalia  tahu,  ia  akan  sulit  membawa  ibunya  pulang

                      karena harus membayar biaya perawatan yang besar.






                                                                       Tema 1: Aku Cinta Membaca             165
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176