Page 15 - Modul 2
P. 15
KEGIATAN BELAJAR 2
SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA
jaan merupakan seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi
E
bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisan dalam suatu
bahasa tertentu. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa
dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Oleh
karena itu, ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa
dalam pemakaiannya demi keteraturan dan keseragaman. Keteraturan bentuk
akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna yang disampaikan
pemakainya. Secara teknis, ejaan berkaitan dengan penulisan huruf (huruf
kapital dan huruf miring), penulisan kata, penulisan unsur serapan, penulisan
angka/bilangan, dan penulisan tanda baca. Dengan adanya ejaan diharapkan
para pemakai bahasa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
sesuai aturan-aturan yang ada.
A. Ejaan van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin.
Charles van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun
1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan
van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri
dari ejaan ini yaitu:
1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan
disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga
digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, ajah, dsb.
3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, ma’moer,
dsb.
4. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, ma’an, dsb.
44 Modul 2- Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia