Page 29 - Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia
P. 29
Isu kesenjangan antara kebijakan dan implementasi program ketahanan pangan penduduk,
adalah:
1. Tidak pernah dilakukan perhitungan kekurangan gizi setiap keluarga miskin yang harus
dipenuhi berdasarkan fakta data defisit energi dan protein (seharusnya perhitungan keku-
rangan gizi setiap keluarga miskin yang harus dipenuhi adalah 500 kkal dan 10 gram protein/
kap/hari);
2. Di lapangan banyak sekali program pemberian bantuan pangan atau PMT dari sumber yang
tidak standar; dan
3. Belum ada kebijakan yang khusus tentang pemenuhan gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi,
balita dan kelompok rawan gizi lainnya.
Strategi ke depan, diharapkan, dapat rekomendasi untuk yang akan datang antara lain:
1. Dapat disusun program yang secara khusus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
miskin meliputi target sasaran termasuk ibu hamil, bentuk jenis makanan harus memenuhi
standar gizi, terintegrasi dengan pelayanan kesehatan yang lain; dan
2. Perlu dibuat standar bantuan pangan.
D. Strategi Perbaikan Gizi Masyarakat Masa Lalu yang
Perlu Dilakukan Sekarang
Tahun 1980-an ketika perbaikan gizi menjadi perbaikan gizi nasional, yang waktu itu dikenal
dengan Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) – lihat Gambar 11 sudah menekankan pentingnya
pemantauan pertumbuhan dengan pesan sederhana
“Anak sehat tambah umur tambah berat”
Sebenarnya sangat sejalan dengan goal SDG’s yang antara lain menyebutkan “tidak ada satupun
penduduk yang tertinggal”, artinya semuanya harus mendapatkan pelayanan kesehatan dan
gizi, yang pada Gambar 11, tertulis “Seluruh Keluarga” perlu mempraktekkan pola asuh dan juga
mengangkat tentang ketahanan pangan.
Keberhasilan program perbaikan gizi ini perlu diikuti dengan surveilans (sistem kewaspadaan
pangan dan gizi) atau melakukan pemantauan terus menerus disertai dengan kajian serta
tindakan yang segera harus dilakukan.
23 Cegah Stunting, itu Penting.