Page 8 - Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia
P. 8
Gambar 3. Rata-rata Prevalensi Balita Pendek di Regional Asia Tenggara Tahun 2005-2017
Thailand 10.5
Sri Lanka 17.3
Maldives 20.3
Korea Utara 27.9
Myanmar 29.2
Bhutan 33.6
Nepal 35.8
Bangladesh 36.1
Indonesia 36.4
India 38.4
Timor Leste 50.2
0 10 20 30 40 50 60
Prevalensi Balita Pendek
Sumber: Child stunting data visualizations dashboard, WHO, 2018
B. Definisi
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang
jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang
lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita
stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi
sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada
bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
C. Situasi Nasional
Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki
prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan
gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi
29,6% pada tahun 2017.
Gambar 4. Masalah Gizi di Indonesia Tahun 2015-2017
35
30 29 29.6
27.5
25
20 18.8 17.8 17.8
% 15
11.9 11.1
10 9.5
5.3 4.3 4.6
5
0
2015 2016 2017
Gizi Kurang Pendek Kurus Gemuk
Sumber: Pemantauan Status Gizi, Ditjen Kesehatan Masyarakat
Cegah Stunting, itu Penting. 2