Page 14 - KelasIX BahasaIndonesia BG.pdf
P. 14
“Jalan licin!” terdengar Putri Tangguk menyumpah.
“Hari ini kita tidak perlu lama bekerja. Padi yang
tertuai kita tumpahkan di jalan ini sebagai
pengganti pasir. Besok kita masih dapat menuai
padi,” kata Putri Tangguk sambil menggerutu. Hari
itu mereka cepat kembali ke rumah. Padi yang sudah
tertuai, mereka taburkan di sepanjang jalan yang
mereka lalui. Mereka berharap jalan yang selalu
mereka lalui tidak licin lagi.
Keesokan malam anak Putri Tangguk terbangun
dan menangis meminta nasi untuk makan. Putri
Tangguk pergi ke dapur untuk mengambil nasi. Ketika
tutup periuk dibuka, Putri Tangguk terkejut karena
tidak ada nasi di dalamnya. Kemudian, ia berjalan
menuju lumbung yang digunakan untuk menyimpan
beras dan padi. Ia sangat terkejut ketika melihat
lumbung itu kosong. Dengan setengah berlari, Putri
Tangguk menuju lumbung yang lain. Ia semakin
terkejut karena di dalam ketujuh lumbung padi
yang dimilikinya tidak ada sebutir beras atau padi
pun. Setelah menyampaikan apa yang ditemuinya
itu kepada suaminya, Putri Tangguk dan suaminya
bergegas berangkat menuju huma mereka. Akan
tetapi, mereka sangat terkejut karena tidak sebatang
padi pun ada di huma mereka. Dalam keadaan sedih,
Putri Tangguk pulang ke rumah. Kesedihannya
semakin bertambah ketika mendengar tangisan
anak-anaknya yang kelaparan. Putri Tangguk jatuh
miskin akibat kesombongannya dengan menabur
dan membuang-buang padi semaunya di jalan
yang dilewatinya.
3 Interpretasi Sebagai ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa, manusia
tidak boleh sombong dan angkuh. Manusia
tidak boleh menghambur-hamburkan kekayaannya
karena semuanya merupakan anugerah dan titipan
Sang Pencipta. Putri Tangguk yang pada mulanya
sangat kaya jatuh miskin karena kesombongan dan
keangkuhannya. Ia tidak mensyukuri kekayaan yang
telah diberikan Tuhan kepadanya.
16 Kelas IX SMP/MTs
Di unduh dari : Bukupaket.com