Page 64 - E-book kelas 6
P. 64
ke timur. Punnà si pelayan melihat seluruh pohon bercahaya kuning keemasan dengan
cahaya yang terpancar dari tubuh Petapa Gotama/Bodhisatta. Punnà si pelayan ketakutan
dan berpikir, “Hari ini dewa penjaga pohon banyan telah turun ke bawah pohon,
kelihatannya Beliau duduk di sana untuk menerima dàna dengan tangannya sendiri.” Ia
tergesa-gesa kembali ke rumah dan melaporkan hal ini kepada Sujàtà.
Sudah menjadi tradisi (dhammata)
bagi seorang Bodhisatta untuk menerima
persembahan nasi susu ghana pada hari Beliau
akan mencapai Kebuddhaan, dan menerima
makanan ini hanya menggunakan cangkir
emas seharga satu lakh. Sujàtà berpikir, “Aku
harus menempatkan nasi susu ghana ini dalam
cangkir emas. Sujata mempersembahkan dana
nasi susu ghana. Petapa Gotama menjelaskan
bahwa dirinya bukan dewa pohon, namun
seorang Petapa yang ingin mencari obat
penderitaan bagi semua makhluk. Setelah
Sumber: baruabd.weebly.com memakan dana makanan, Petapa Gotama
Gambar 4.5 Sujata Menemui Petapa Gotama pergi ke sungai Neranjara dan bertekad dalam
hatinya.
“Aku akan mencapai kebuddhaan pada hari ini”
Setelah menyatakan tekad tersebut, Petapa Gotama melemparkan patta (Bowl)/
mangkuk emas ke sungai Neranjana. Beliau berkata, “jika patta (Bowl) ini melawan arus
sungai, maka aku akan mencapai kebuddhaan pada hari ini juga.” Ucapan Petapa Gotama
terbukti karena Patta (Bowl) yang dilemparkannya ke sungai melawan derasnya aliran
sungai Neranjana dengan kecepatan yang luar biasa.
C. Munculnya Singgasana Permata yang Besar
Petapa Gotama beristirahat di Hutan Sala di tepi Sungai Neranjarà. Beliau melakukan
meditasi ànapàna, setelah mencapai delapan Lokiya Jhàna dan lima Abhinnà. Di kesejukan
senja menjelang malam, Beliau berjalan di sepanjang jalan yang telah dihiasi oleh para
dewa dan brahmà. Setelah turun dan mandi di Sungai Neranjarà, Beliau berjalan menuju
pohon Mahàbodhi melalui jalan yang dibuat oleh para dewa dan brahmà. Pada waktu itu,
dewa nàga, Yakkha, dan Gandabbha memberi hormat kepada-Nya dengan persembahan
bunga-bunga dan wangi-wangian surgawi. Mereka juga menyanyikan lagu-lagu surgawi
yang merdu. Sepuluh ribu alam semesta hampir seluruhnya tertutupi oleh bunga-bunga
dan wangi-wangian surgawi, juga oleh sorak-sorai para dewa dan brahmà.
Pada saat itu Sotthiya, seorang brahmana pemotong rumput berjalan datang dari
arah berlawanan membawa rumput-rumputan kering. Ketika Sotthiya mengetahui
bahwa Bodhisatta menginginkan beberapa rumput, ia memberikan delapan ikat rumput
kering kepada-Nya. Bodhisatta membawa delapan ikat rumput tersebut pergi menuju
Mahàbodhi untuk bermeditasi. Kemudian, Bodhisatta mempersiapkan tempat duduk di
sebelah Timur pohon itu dengan rumput kering yang diterima sebelumnya dari Sotthiya.
58 Kelas VI SD