Page 14 - Buku Digital Lafran Pane
P. 14

Semasa kecilnya, Lafran Pane dikenal sebagai anak yang nakal.

                  Hal ini disebabkan karena  kurangnya kasih sayang dari sang ibu yang

                  telah pergi meninggalkannya. Selain itu,  ketidak puasan terhadap asuhan
                  ibu  tirinya.  Lafran  juga  sering  merasa rendah  diri  diantara teman-teman
                  nya.  Goncangan yang terjadi dalam dirinya  membawa Lafran  sebagai se-

                  orang anak yang   nakal. Terkadang pemikirannya juga sulit dipahami oleh

                  keluarganya  sendiri. Untuk menjadikan Lafran sebagai anak yang  berkeprib-
                  adian   baik,   ayahnya memberikan pendidikan agama sebelum Lafran me-
                  ngenal bangku sekolah

                         Melalui ajaran    dan    didikan    dari    gurunya yang bernama  Malim

                  Mahasan,Lafran Pane belajar tentang Sifat Wajib Allah yang disebut dengan
                  Sifat Dua Puluh. Lafran Pane juga belajar membaca al-Quran, dalam bahasa
                  Tapanuli    disebut    dengan Alif-Alif.    Pembelajaran    agama dimaksudkan

                  untuk membekali Lafran Pane pemahaman tentang keagamaan. Pentingnya

                  pemahaman   agama   bagi   anak-anaknya    disadari oleh   ayahnya. Berkat
                  pembekalan agama oleh sang guru, diri Lafran Pane terisi jiwa keagamaan-
                  nya. Sayangnya hal itu tidak berlangsung lama, namun pembelajaran itu

                  terus membekas dalam diri Lafran hingga dewasa.

                         Usai umur Lafran mencukupi  untuk  masuk dunia pendidikan di-
                  sekolah,  Lafran  memulai  pendidikannya  di  Pesantren  Muhammadiyah
                  Sipirok. Setelah itu, Lafran melanjutkan sekolahnya di sekolah desa selama

                  tiga tahun. Karena suatu keadaan, dua-duanya tidak berhasil ditamatkan

                  oleh Lafran. Lafran kemudian pindah ke Sibolga dan masuk kesekolah HIS
                  Muhammadiyah. Setelah    menyelesaikan    sekolahnya, Lafran kembali
                  kekampung    halamannya    dan   melanjutkan    sekolahnya hingga lulus di

                  sekolah  Taman Antara dan Taman Dewasa di Medan. Pada tahun 1937

                  atas permintaan kakaknya, Lafran pindah  ke Batavia (Jakarta)dan melan-
                  jutkan sekolahya hingga lulus dari Taman Dewasa Raya.  Dimasa seko-
                  lahnya,  Lafran dikenal  sebagai murid yang cerdas.  Namun,  Lafran  juga

                  dikenal sebagai murid yang sangat  nakal. Kenakalannya sering mem-

                  bawanya berhadapan dengan meja hijau.  Jiwa  kenakalannya  memba-
                  wa orang -orang yang ada disekitarnya terkadang harus ikut turun untuk
                  mengatasi masalahnya.  Beruntung    ada yang   membela dan membayarkan

                  dendanya, salah satunya oleh gurunya sendiri yaitu  Mr. Wilopo.






     12      Lafran Pane
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19