Page 24 - Suara Merdeka 2
P. 24
JUMAT, 2 DESEMBER 2022
Masjid
di Dusun ambaksari
Benteng Terakhir
dari Gerusan Abrasi
” DULU di situ permukiman dan area tambak. sela tan, matanya bersirobok dengan lahnya di Desa Pandansari. Betul, itu
hunian dan area tambak. Beginilah bukan jarak yang panjang. Tapi jan
Sisanya tinggal yang di sana itu‚” ujar Bobi sambil dahsyatnya sebuah abrasi. Ia gan membayangkan sebuah jalan
menenggelamkan apa saja yang beton seperti yang tengah kami susuri.
menunjuk ke rimbunan pohonan.
tergerus. Ya, sebelum abrasi itu, ham- Sebab, hanya sekitar 300 meter, jalan
paran pasir tempat kaki kami menapak beton itu terputus oleh gerusan air.
Dari tepian Pantai Morosari, goyang sehingga kami harus duduk di dulunya adalah sebuah pantai. Yang ada lebih tampak sebagai
Sayung, Demak, tempat yang ditunjuk tempat-tem pat yang disarankan Bobi “Belum lama dari sekarang, ham- tumpukan batu koral tak beraturan.
pemuda 19 tahun itu mirip sebuah untuk menjaga keseimbangan. Diesel paran pasir ini menjelujur sampai ke Bahkan, bila air pasang, anak itu pasti
pulau kecil yang memanjang. dinyalakan dan per ahu mulai berge- tepi kafe itu,” cerita Misbah. Kafe harus menjinjing sepa tunya. Dan
Warnanya hijau pudar dan seperti rak. Cukup 15 menit, per ahu sampai yang dia maksud adalah sebuah resto arena sekarang dia kelas dua SD,
tengah mengapung di atas laut. di tepian hamparan pasir yang mirip seafood yang masih kokoh berdiri di setidaknya dia sudah melakoni itu
“Sekarang, orang menyebutnya sebuah tanjung kecil. kawasan lokawisata Pantai Morosari, selama dua tahun.
Pulau Burung. Nanti saya antar ke *** di dekat dermaga sebelum kami Kami menuju rumah Pak
sana pakai per ahu,” ujar Bobi lagi. PULAU Burung itu sebenarnya menumpang perahu tadi. Saya mem- Muhamad Fauzan (55) tetua dusun
Siang itu, matahari tak begitu sepetak hamparan tanah yang tersisa perki rakan hamparan pasir ini sepan- dan juru kunci Makam Syekh
cerah. Langit tergayuti kabut. Angin dari proses abrasi yang menggerus jang dua kilometer. Tapi kini, yang ter- Abdullah Mudzakir. Kami melewati Perahu bermesin diesel yang siap mengantar
hangat begi tu kencang menampari Dusun Tambaksari, Desa Bedono, sisa tinggal sekitar 200 meter. sebuah masjid, satu-satunya masjid di pengunjung ke Pulau Burung
muka kami. Laut belum pasang dan Sayung, Demak, beberapa tahun lalu. *** situ yang seolah olah mengapung di
ombak tampaknya sedang bersahabat. Di reranting mangrove dan brayu, DARI hamparan pasir itu, kami atas kubangan lumpur. Dan pada satu
Jadi, kami terima tawaran nelayan beberapa jenis burung seperti kokokan pergi ke makam Syekh Abdullah kubangan lumpur lainnya, di antara Menuju Pulau Burung
muda tersebut setelah bertransaksi laut, kuntul kerbau, atau blekok sawah Mudzakir terlebih dahulu sebelum mangrove dan brayu, sebuah dinding
soal harga sewa sekaligus jasa pandu- itu bertengger. Asyik bercereceh seo menelusuri Dusun Tambaksari. Kami berlumut bekas rumah masih kokoh
an di lokasi yang kami tuju. . lah-olah menciptakan sebuah harus mencebur ke air sedalam lutut berdiri. Itu bekas rumah sang Syekh TAK sulit menuju Pulau Burung. Hanya dengan
Bersama kawannya, dia merap- orkestrasi bersama deru angin laut. sebelum naik ke jembatan beton sele- yang dibiarkan sebagai sejenis “mon- petunjuk seadanya, kami menemukan desa yang hanya
atkan sebuah perahu kecil ke dermaga Tak jauh dari habitat burung itu, bar satu meter yang menghubungkan umen abrasi”. dihuni enam kepala keluarga ini. Dari Semarang kami
kayu di pantai itu. Bentuknya seperti enam rumah dan sebuah masjid, area pemukiman dengan kompleks Pak Fauzan bercerita banyak pada menuju jalur pantura, tepatnya di jalan raya Semarang-
perahu ketint ing bermesin diesel. sebagian didirikan di atas beton yang makam tersebut. Di situ kami berpa- kami mengenai kisah Dusun Demak km 10. Kami dapat melihat dengan jelas papan
Perahu itu sudah berayun-ayun menancap ke tanah berlumpur sisa- pasan dengan beberapa peziarah yang Tambaksari sebelum dan sesudah petunjuk menuju objek wisata Pantai Morosari. Dengan
dengan bibir nyaris menyen tuh per- sisa. Tinggal enam dari 266 kepala baru keluar dari area makam. abrasi. Tentu saja, dia juga banyak memasuki gerbang perkampun gan jalan aspal berlubang
mukaan air ketika dua nelayan itu ber- keluarga yang masih berta han. Dan Beberapa saat kami berada di makam bercerita mengenai sang Syekh yang sejauh 4 kilometer dari jalan raya, kami sudah berada di
gerak di atasnya. Sejenak kami berdua seperti itulah rupanya area yang kami sebelum menapaki jembatan beton, tak lain adalah kakek buyutnya loket obyek wisata dengan tiket masuk Rp. 3 ribu per-
keder membayangkan kemungkinan lihat dari tepi Pantai Morosari seperti dilanjutkan pada titian bambu, lalu sendiri. Tapi yang menurut kami orang dan parkir kendaraan seharga Rp. 7 ribu.
perahu itu tak bisa dimuati empat pulau kecil yang terapung. menyusuri satu-satunya jalan setapak paling penting dicatat adalah keyaki- Dari Pantai Morosari, Pulau Burung dapat terlihat
penumpang. Apalagi, kami tak bisa Untuk sampai ke wilayah di Dusun Tambaksari. nannya, juga keyakinan semua kepala dengan jelas. Untuk menjangkaunya kami sengaja
berharap diberi pelampung. pemukiman tersisa itu, dari tempat Penelusuran kami diiringi celoteh keluarga yang tersisa di situ, bahwa menyewa sampan bermotor milik nelayan yang dis
Kami kembali memandangi ham- perahu ditambatkan kami harus burung burung. Kami harus berhati- “Kami tak akan meninggalkan dusun ewakan untuk pengunjung. Tawar menawar harga bisa
paran air yang memisahkan Pantai menyusuri hamparan pasir di tengah hati ketika melangkah di jalanan dari ini. Sebab, rumah rumah kami ini seru- dilakukan, meski biasanya para nelayan mematok harga
Morosari den gan Pulau Burung yang perairan. Di situ, pecahan kerang putih batu koral. Begitu juga ketika sampai pa benteng terakhir. Kalau kami pergi, Rp.20 ribu/orang untuk sekali antar.
hendak kami tuju. Jaraknya tak jauh. yang disebut penduduk setempat dise di jalan beton yang diban gun swadaya pasti wilayah ini habis tergerus Namun, jika tak ingin merogoh kantong, sebenarnya
Hanya sekira dua kilo meter. Dan di but patang berserakan. oleh enam kepala keluarga yang ter- abrasi.” kami juga bisa melalui jalur lain menuju Dusun
tengah perairan itu, kami melihat “Penduduk sering mengambili sisa. Jalannya licin karena mulai Ya, Dusun Tambaksari atau Pulau Tambaksari, yakni dengan cara menyusuri Desa
seorang nelayan tengah mencari pecahan kerang itu untuk bikin manik- ditumbuhi lumut. Jalan itu tersangga Burung adalah jejak sebuah tragedi. Pandansari dan Dusun Senik, yang letaknya berada di sisi
udang dengan alat menganco yang manik dan perhiasan,” tutur Misbah. oleh tumpukan batu koral, mangrove Perjalanan ke tem pat seperti itu timur Pantai Morosari. Jarak tempuh tentunya lebih lama
diseret di dalam air. Air hanya Di tengah hamparan pasir yang dan pohon brayu di tepi tepinya. Sepi mungkin tak memberi kita pes ona dan karena harus berjalan kaki melewati jalan setapak sep
menyentuh tubuhnya sebatas pusar. meman jang itu, kami seperti sekali ketika itu, seolah-olah rumah- ketakjuban sebuah lokawisata. Tapi anjang lebih kurang 1 kilometer dengan koral tajam yang
Artinya perairan yang bakal disisir dikepung air. Panorama di sekitar rumah di situ tak berpenghuni. Siang tragedi pun bisa membuat kita belajar. hanya cukup untuk melintas satu orang saja. Melewati
perahu tidak dalam. Apalagi kata kami begitu eksotis: kapal-kapal yang hari seperti itu, para kepala keluarga Setidaknya, tempat itu bisa menjadi jalur ini juga harus ekstra hati-hati karena licin. Ditambah
Misbah, teman Bobi, area perairan terlihat begitu kecil, jauh di utara; pasti ten gah mencari ikan dengan per- wahana wisata edukasi. Kita bisa bela- lagi dengan hempasan air laut yang tiba-tiba bisa naik ke
yang bakal dilalui perahu dulunya camar-camar dan burung kokokan ahu ketinting. Sebab, itulah pekerjaan jar mengenai keganasan abrasi atau permukaan. Yang pasti dijalur ini kami harus berhitung
hunian yang telah ludas tergerus laut yang beterbangan tak jauh dari per utama mereka. burung-burung di situ. Itu sebabnya, dengan waktu jika tak ingin terjebak dalam rob.
abrasi. mukaan air untuk mencari ikan. Kami berpapasan dengan seorang tak seorang pun, baik penduduk Meski cukup menguras energi, semua itu terbayarkan
Kami jadi mantap menjejaki lantai Berada di situ, di antara pecahan anak perempuan kecil berseragam setempat maupun pelancong diper- dengan pengalaman menyaksikan kega nasan air laut
per ahu. Setidak-tidaknya, kalau di karang dan sesekali telapak kaki sekolah. Sang ibu yang keluar dari bolehkan menangkap atau membunuh mengikis daratan Sayung dan sensasi petualangan
tengah per jalanan perahu terbalik, dibelai tempiasan ombak, saya mem- rumah menyambutnya. Kami burung di situ. Sebuah kearifan yang menyusuri jalan lorong di tengah rimbunan bakau yang
paling-paling hanya badan dan pakai- bayangkan, orang-orang berjalan- bercakap-cakap sebentar dan dari per- pantas juga menjadi bahan studi.(11) diiringi deburan ombak serta sesahutan burung kokokan
an kami yang basah, juga kamera dan jalan menikmati suasana pantai, atau cakapan itu, kami tersadar, anak kecil laut. (11)
ponsel kami. mencari kerang yang berada di dalam tadi baru saja menyusuri jalan setapak SARONI ASIKIN, NONI ARNEE
Perahu langsung bergoyang- pasir, dan ketika menengok ke arah sejauh sekitar satu kilometer dari seko- NONI ARNEE
Makam di Tengah Laut
DARI jauh, bangunan yang Syekh juga dikenal sebagai pejuang orang harus melewati medan yang tak menceritakan bahwa sebelum abrasi
menaungi lima makam di situ mirip bangsa melawan penjajah. mudah, menyuruki jalan berbatu koral menggerus wilayah tersebut, makam
sebuah perahu beratap. Ia seperti Dengan kebesaran namanya itu, yang sering tergenang rob dari Desa sang Syekh memang berada di tepi
mengambang di atas air laut. Beberapa makam sang Syekh tak pernah sepi dari Pandansari atau berperahu ketinting pantai. Begitulah. Entah sampai kapan
peziarah terlihat meniti jembatan yang peziarah. Mereka datang hampir setiap dari Pantai Morosari Demak. makam tersebut bisa terus bertakhta di
mirip anjungan. Langit yang tak cerah hari, lebih-lebih ramai malam Jumat Kenapa makam itu berada di sana, sana. Gerusan abrasi adalah kenis-
di siang itu, debur ombak yang mener- Kliwon. Mereka datang dari berbagai terpisah dan seolah-olah berada di cayaan yang bisa setiap saat menengge
pa dinding, juga cereceh camar di tempatdi Demak, dan kota-kota lain. tengah laut? “Makam Mbah Dzakir lamkannya. Fauzan dan orang-orang
kejauhan menciptakan suasana agak Beberapa kali pula orang asing ndak mau dipindah. Dulu pernah mau Dusun Tambaksari telah melakukan
muram. Dalam suasana seperti itulah, menyambangi tempat tersebut. dipindah oleh anak-anak. Buktinya upaya maksimal. Setidaknya, mereka
nama Syekh Abdullah Mudzakir terus Menurut Muhamad Fauzan, cicit sang ndak kesampaian,” cerita Samilah (56), melarang orang mencari kerang di
diingat. Dia memang sudah meninggal Syekh, kompleks makam dan Dusun pedagang di lokawisata Pantai sekitar makam. “Mereka yang mencari
tahun 1950, tetapi kiprahnya semasa Tambaksari yang sepi menjadi sangat Morosari, sebelum kami berperahu kerang sering merusak fondasi dan din-
hidup membuat dirinya terus dikenang. ramai ketika haul Syekh Abdullah menuju makam. “Ya, tahun 2000, ding pembatas kompleks makam.
Selain seba gai pendiri Dusun Mudzakir dilangsungkan setiap 1 anak-anak Mbah Dzakir bersepakat Kalau kerang-kerang dibiarkan
Tambaksari yang kini tergerus abrasi, Dzulhijah. memindahkan makam karena terus menempel di dind ing-dindingnya,
dia adalah penyebar Islam yang Jadi, bisa Anda dibayangkan tekad tergerus abrasi. Tapi lalu, kami menda- mereka akan memperkuat bangu nan,”
kedudukan nya disetarakan dengan yang dimiliki para peziarah. Pasalnya, pat isyarat untuk tidak melan jutkan tandas Fauzan.(11)
Berdoa di Makam Syekh Abdullah Mudzakir
para aulia. Bukan hanya itu, sang untuk sampai ke makam tersebut, sese- upaya itu,” tutur Fauzan sambil NONI ARNEE, SARONI ASIKIN