Page 5 - VETNESIA EDISI 32
P. 5
FOKUS UTAMA
pada tahap uji in vitro yang sangat
efektif dalam menghambat
replikasi virus SARSCoV2 (Caly,
et al 2020) dan beberapa uji klinis
terbatas yang hasilnya
memperlihatkan dukungan positif
namun masih memerlukan uji klinis
yang lebih komprehensif (Aguirre
Chang, et al 2020; Behera et al.,
2021; PottYunior et al., 2021)).
Namun demikian ada beberapa
negara yang sempat
menggunakannya untuk
pencegahan dan pada gejala
ringan atau OTG seperti yang
terjadi di India pada bulan April
saat kasunya melonjak tajam Sumber : https://www.klikdokter.com/
(Anonim, 2021). Di Indonesia juga
terjadi polemik berbagai pihak waktu, sehingga pada waktu virus Venezuelan equine
antara yang pro (menganjurkan) vaksin tersedia virusnya sudah encephalitis memperlihatkan hasil
untuk menggunakan ivermectin berubah lagi dan tidak “klop” bahwa ivermectin dapat
dengan dosis tertentu, dan dengan vaksin yang ada. menghambat perbanyakan virus
kelompok yang menolak karena Oleh karena itu alternatif lain dengan berkurangnya titer virus
belum ada uji klinis yang untuk mengendalikan agen (menghambat replikasi virus)
meyakinkan. Sedangkan Badan penyakit berupa virus harus maupun efek sitopatiknya. Hal ini
POM sendiri yang mempunyai dicarikan obatobatan yang dapat mengisyaratkan bahwa ivermectin
kewenangan untuk memberikan berperan sebagai antivirus dengan sebagai penghambat impor
izin edar obat, baru memberikan mekanisme tertentu sehingga nuklear (importins α/β) dalam
ijin untuk uji klinis. dapat menghambat replikasi virus. proses replikasi virus, sehingga
Sehubungan dengan hal Ivermectin yang mempunyai dapat melindungi selsel dari
tersebut tulisan ini akan mengulas spektrum luas terhadap berbagai apoptosis, selain juga berperan
tentang obat “ajaib” Ivermectin parasit telah dipelajari sifat dengan mengganggu fungsi
mulai dari sejarah penemuannya antivirusnya pada berbagai virus protein esensial virus.
sampai menjadi andalan sebagai secara in vitro. Hasil penelitian ini Secara lebih detail, Lv et al.,
obat antiparasit baik ada hewan telah dikemukakan oleh berbagai (2018) mengemukakan bahwa
maupun manusia, dan beberapa peneliti antara lain Wagstaff et al., aktivitas antivirus Ivermectin pada
hasil penelitian sebagai antivirus (2012) pada virus HIV1, Tay et al., virus DNA (virus Pseudorabies)
maupun sebagai anti Covid19 (2013) pada virus demam melalui penghambatan pada
yang masih dalam tahap uji klinis. berdarah Dengue DENV 14, proses transport nuklear yang
Lundberg et al., (2013) pada virus bergantung pada importin α/β
EFEK ANTIVIRUS IVERMECTIN Venezuelan Equine encephalitis ketika protein esensial virus atau
virus VEEV, dan Yang et al., (2020) DNA polymerase akan memasuki
Vaksin adalah sediaan biologik pada virus West Nile. Sedangkan sel nukleus yang diinfeksi guna
yang merupakan bagian dari obat Lv et al., (2018) mengemukakan melakukan replikasi dari virus
yang dapat digunakan untuk bahwa ivermectin juga cukup tersebut. Dengan demikian
mencegah berkembangnya agen efektif terhadap virus DNA seperti perbanyakan atau replikasi virus
penyakit infeksius tertentu pada virus Pseudorabies baik secara in menjadi terhambat. Sedangkan
tubuh manusia atau hewan. Virus vitro maupun in vivo pada mencit. secara in vivo pada tikus dengan
sebagai salah satu agen infeksius, Tay et al 2013 telah memberikan pengobatan
pengendaliannya umumnya membuktikan secara in vitro efek Ivermectin pad tikus yang diinfeksi
menggunakan vaksin, namun tidak antivirus dari ivermectin ini virus Pseudorabies (PSV)
semua virus dapat diatasi dengan terhadap virus DENV 14 dimana memperlihatkan bahwa ivermectin
vaksin karena virusvirus tertentu molekul ivermectin menghambat menghambat infeksi PSV secara
seringkali cepat bermutasi atau terjadinya proses interaksi molekul signifikan dengan cara menekan
tidak mudah untuk dibuat NS5 dari virus Dengue kepada sel sintesis virus DNA dan produksi
vaksinnya. Sedangkan virus yang host (biakan sel) sehingga sel virusvirus keturunannya. Dalam
sering bermutasi juga tidak tersebut terlindungi dan replikasi hal ini ivermectin mengganggu
mungkin dapat diatasi dengan virus tidak terjadi. Lundberg et al lokalisasi nuklir UL42 dengan
vaksin karena begitu cepatnya 2013 juga dalam penelitiannya menargetkan sinyal lokalisasi
bermutasi, sementara itu proses secara in vitro pada biakan sel nuklir protein dalam sel yang
pembuatan vaksin memerlukan mamalia dengan menggunakan ditransfeksi (Lv et al., 2018).
Agustus 2021 5