Page 115 - SEJARAH PERLAWANAN TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DI KALTIM
P. 115

suku  Bugis  yang  berani  berlayar  yang  menghubungkan  Sufa-
                wesi dan Kalimantan, membawa makanan ke Berau.
                     Bukan  saja  rakyat,  tetapi  tentara  Jepang  mengalami ke-
                kurangan makanan. Karena menghadapi kesukaran itu, tentara
                Jepang  mulau  memaksa  rakyat menjual kebutuhan pokok se-
                perti padi, ayam, telur ayam  dan minyak makan dengan wang
                kertas Jepang yang tiada berharga di mata rakyat.
                     Mereka  membentuk suatu badan yang bernama Yakaten,
                yang  mengumpulkan  makanan  untuk  keperluan  tentara  J e-
                pang,  dan  sebagian  dibagikan kepada rakyat  dengan memakai
                kupon.  Siapa  yang  berani  menentang  peraturan  ini,  dengan
                tidak  menjual  padi  atau  keperluan  lain yang ditentukan oleh
                Jepang,  dicap  anti  Jepang,  dan  diancam  hukuman  mati.

                     Sebagai  kepala  pemerintahan  sipil  diangkat  seorang
                Kanrikang sebagai ganti kontrolir di jaman penjajahan Belanda.
                Pegawai-pegawai  sipil  Indonesia di jaman Belanda masih diper-
                gunakan. Kedua sultan Gunung Tabur dan Sambaliung dengan
                pegawai-pegawainya  masih  dipakai  Jepang, tetapi kedua pem-
                besar Indonesia ini, tidak dapat  berbuat  apa-apa terhadap per-
                lakuan  sewenang-wenang  terhadap  rakyatnya.  Sultan Gunung
                Tabur  dibantu  oleh  dua  orang  asisten  wedana,  yaitu  asisten
                wedana  Gunung  Tabur  dan  asisten  wedana  Pulau  Derawan.
                Sultan  Sambaliung  dibantu  oleh  asisten  wedana  Sambaliung
                danasisten wedana Talisayan.
                     Pemuda-pemuda  dan  pegawai-pegawai diwajibkan masuk
                seinendan.  suatu  organisasi  yang  bersiat  semi  kemiliteran.
                Mereka  diajar  baris  berbaris  secara  serdadu  J epang.  Pemudi-
                pemudi  dipaksa  masuk  organisasi  yang  bernama  Fujingkai
                yang  bertujuan  membantu  Jepang  di  garis  belakang.  Wanita-
                wanita muda yang  turun temurun hidup mewarisi adat tradisi,
                dipaksa menjadi ke  Jepang-jepangan, sehingga rakyat  tidak se-
                nang.  Selain  dari  perantaraan  Yakaten,  kepada  lurah-lurah,
                diinstruksikan juga untuk mengumpulkan padi rakyat, kadang-

                kadang  tan pa  dibayar.  Karena  keadaan  ekonomi  yang  sudah

                106
   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120