Page 12 - PPKn Persatuan dan Kesatuan dalam Keberagaman Masyarakat Multikultur
P. 12
karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu, orang menetapkan hierarkhi
manusia berdasarkan karakteristik fisika orang Eropah berkulit putih yang diasumsikan
sebagai warga masyarakat kelas atas yang berbeda dengan orang Afrika yang berkulit
hitam sebagai warga kelas dua. Atau ada ideologi rasial yang berpandangan bahwa
orang kulit putih mempunyai misi suci untuk menyelamatkan orang kulit hitam yang
dianggap sangat primitif. Hal tersebut berpengaruh terhadap stratifikasi dalam berbagai
bidang seperti bidang sosial, ekonomi, politik, dimana orang kulit hitam merupakan
subordinasi orang kulit putih.
e. Diskriminasi
Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang bersahabat dari
kelompok dominan terhadap kelompok subordinasinya. Jika prasangka lebih mengarah
pada sikap dan keyakinan, maka diskriminasi tertuju pada tindakan. Tindakan
diskriminasi biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki prasangka kuat akibat
tekanan tertentu, misalnya tekanan budaya, adat istiadat, kebiasaan, atau hukum. Ada
hubungan antara prasangka dan diskriminasi yang saling menguatkan, selama ada
prasangka, disana ada diskriminasi. Jika prasangka dipandang sebagai keyakinan atau
ideologi, maka diskriminasi adalah terapan keyakinan atau ideologi. Apabila sikap-
sikap negative atau penyakit budaya itu sangat rawan terjadi pada Negara kita yang
bersifat multikulturalisme, yang jika tidak diikat oleh nilai Pancasila yang berasaskan
Bhineka Tunggal Ika, akan menimbulkan perpecahan yang sangat merugikan persatuan
dan kesatuan bangsa dan negara..
a) Makna Multikulturalisme
Istilah “multikultural” jika ditelaah asal-usulnya mulai dikenal sejak tahun 1960-
an, setelah adanya gerakan hak-hak sipil sebagai koreksi terhadap kebijakan
asimilasi kelompok minoritas terhadap melting pot yang sudah berjalan lama
tentang kultur dominan Amerika khususnya di New York dan California (Banks,
1984: 3, 164; Sobol, 1990: 18). Istilah multikultural tersebut selalu melekat dengan
pendidikan, yang mempunyai arti secara luas meliputi any set of processes by
which schools work with rather than against oppressed groups (Sleeter, 1992: 141).
Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan Kymlicka (2002: 8, 24)., profesor
filsafat pada Queen University Canada dalam bukunya Multicultural Citizenship,
bahwa multikultural merupakan suatu pengakuan, penghargaan, dan keadilan
terhadap etnik minoritas baik yang menyangkut hak-hak universal yang melekat
pada hak-hak individu maupun komunitasnya yang bersifat kolektif dalam
mengekspresikan kebudayaannya.
Garna (2003; 164), Antropolog Universitas Pajajaran berpendapat bahwa dalam
masyarakat majemuk (plural society), terdapat dua tradisi dalam sejarah pemikiran
sosial. Pertama; bahwa kemajemukan itu merupakan suatu keadaan
yangmemperlihatkan wujud pembagian kekuasaan di antara kelompok-kelompok
masyarakat yang bergabung atau bersatu, dan rasa menyatu itu dibangun melalui
9
Modul 5 KB 2 Persatuan dan Kesatuan dalam Keberagaman Masyarakat Multikultur PPKn