Page 9 - D:\flipbook\hasil\diktatdaryatmi
P. 9

berempati  pada  Indonesia.  Untuk  itu  dibuatlah  Departemen  Penerangan.  Setelah

                        berjalan  beberapa  tahun,  dirasa  Departemen  Penerangan  belum  menyeluruh,  maka
                        kemudian pemerintah membentuk Divisi Humas pada tahun 1962.

                               Dengan  dibentuknya  Divisi  Humas,  PR/Humas  di  Indonesia  mulai

                        terorganisir.  Sampai  pada  tahun  1972,  tepatnya  pada  tanggal  15  Desember,
                        Perhimpunan  Hubungan  Masyarakat  (PERHUMAS)  resmi  didirikan.  Perhumas

                        didirikan oleh Marah Joenoes yang merasa perlu adanya perhimpunan untuk profesi
                        ini.

                               Secara kelembagaan atau institusional profesi PR diakui kberadaannya sejak

                        terbentuknya  BAKOHUMAS  pada  tanggal  13  Maret  1971.  Bakohumas  ini
                        menghimpun  para  pejabat  dan  para  staf  PR  di  lingkungan  departemen,  lembaga

                        pemerintah, dan BUMN. Perkembangan PR di  Indonesia cukup pesat  ada 3 (tiga)
                        yang melatarbelakangi, yakni kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi, dan kian

                        hausnya masyarakat akan informasi. Selanjutnya, lembaga pertama di Indonesia yang
                        menghimpun  pra  praktisi  PR  (individu)  adalah  Perhumas  (Public  Relations

                        Associatos of Indonesi). Pendirinya dari kalangan swasta dan pemerintah antara lain:

                        Wardiman Djojonegoro, Brigjen Soemrahadi, Marah Joenoes, Nana Sutrisna, Feisal
                        Tamin,  R.M.  Hadjiwibowo,  Dr.  Alwi  Dahlan,  Drs.  Soemadi,  Uman  Soedjon,

                        Isaksono Noeradi, dan beberapa tokoh lainnya.
                               Pada tanggal 13 September 1996 dibentuklah Forkamas (Forum Komunikasi

                        Humas Perbankan) yang khusus menghimpun pejabat PR di lingkungan perbankan,

                        Penggagasnya Gubernur Bank Indonesia saat itu, Soedrajad Djiwandono.
                        Namun,  orientasi  PR  Indonesia  belum  seutuhnya  dapat  dikatakan  sebagai  “PR”

                        sejati, sebab berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh Ivy Ledbetter Lee yang
                        mempunyai  posisi  pemimpin  dan  diberi  kebebasan  untuk  berprakarsa  dalam

                        menyiapkan secara bebas serta terbuka. Tidak heran jika di periode pertama PR di

                        Indonesia secara struktural belum banyak ditempatkan dalam top manajemen. Hal ini
                        sangat  ironis,  padahal  dalam  kenyataannya  pemimpin  perusahaan  sering  meminta

                        kepala  humas  untuk  mendampingi  ketika  menghadapi  publik  eksternal,  selain  itu
                        kegiatan PR masih banyak bersifat penerangan satu arah ke publik eksternal semata-

                        mata.
                               Setelah terorganisir dan diresmikan himpunan keprofesiannya, seorang humas

                        sangat dicari di Indonesia yang masih dapat dibilang negara muda. Maka diperlukan

                        pendidikan  yang  lebih  untuk  para  calon  praktisi  PR/Humas.  Prita  Kemal  Gani
                        melihat peluang tersebut dan mendirikan London School of Public Relation. Sebelum







                        Buku Materi Kehumasan
                                                                                                                   3
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14