Page 91 - Grafis Islam 01-Islam, Tradisi dan Khazanah Budaya
P. 91

SASTRA
                  pujangga
                  riau lingga


                                            Kerajaan Riau-Lingga adalah pewaris kerajaan
                                            termasyhur Melayu, Kerajaan Melaka. Dalam dunia
                                            sastra dan budaya, Riau-Lingga memiliki seorang
                                            tokoh penting dan berpengaruh, Raja Ali Haji (1809-
                                            1873). Berasal dari keturunan bangsawan Bugis di
                                            Riau-Lingga, dia mempelajari banyak karya oleh
                                            para ulama, termasuk pemikiran Islam dan juga
                                            politik dari tulisan al-Ghazali. Berbasis di Penyengat,
                                            sebuah pulau kecil dekat Tanjung Pinang, Raja Ali
                                            menulis banyak karya penting berisi sejarah dan
                                            pemikiran Islam dan juga budaya Melayu. Hal Ini
                                            diperkuat dengan kebijakan penguasa Riau-Lingga
                                            yang mengundang setiap cendekia Timur Tengah
                                            yang berkunjung ke Singapura untuk datang ke
                                            Penyengat untuk mengajar, dan memberi dorongan
                                            bagi bangsawan Penyengat mengumpulkan buku
                                            dan naskah, serta menggubah teks mereka sendiri.
                                            Raja Ali Haji, bersama ayahnya Raja Ahmad, menulis
                                            Tuhfat al-Nafis, paparan luas sejarah Melayu dan
                                            Bugis yang saling memengaruhi hampir dua abad.
                                            Selain sejarah, ia juga menggubah pedoman
                                            kegiatan administrasi kerajaan secara benar, puisi
                                            penuntun moral (Gurindam Duabelas, 1847), tata
                                            bahasa Melayu untuk pengajaran anak-anak (1851),
                                            dan dua jilid—namun tidak lengkap—ensiklopedia
                                            bahasa dan adat Melayu (Kitab Pengetahuan Bahasa)
                                            yang dimulai pada 1858, yang dilengkapi daftar isi,
                                            dan tersusun secara sistematis.
                                            Setiap karya Raja Ali Haji ditulis untuk membangun
                                            dan memelihara bahasa, adat dan tingkah laku
                                            Melayu yang benar, karena Raja Ali Haji percaya
                                            bahwa pengabaian bahasa, dan adat yang telah
                                            mapan akan mengakibatkan kerajaan hancur.
             Literasi Nasional              membentuk Kelompok Rusydiyah, yang mempelajari
                                            Pada akhir 1880-an, beberapa pujangga Penyengat

                                            budaya dan agama dengan percetakan sendiri.
                                            Percetakan lain dijalankan di Pulau Lingga dan
                                            menerbitkan dokumen resmi dan karya untuk
                                            hiburan. Beberapa anggota Kelompok Rusdiyah
          78                                akhirnya menulis untuk jurnal reformis Islam, al-
                                            Imam, yang diedarkan dari Singapura hingga seluruh
                                            dunia berbahasa Melayu dan menjadi corong Islam
                                            modern.
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96