Page 11 - Flip_TETP_KD. 6. Pemetaan Geologi Eksplorasi_Geomorfologi
P. 11
bumi / convection in the mantle (Selby, 1985). Arah gerakan aliran panas
geotermal vertikal dari inti bumi menuju kerak bumi, menimbulkan amblesan
tektonik (tectonic subsidence) dan pengangkatan tektonik (tectonic uplift),
dan seismik. Gerak konveksi, aliran energi panasnya berputar, menimbulkan
gerak-gerak lempeng (plate movement). Ditinjau dari pandangan skala lokal
maupun regional, disebabkan oleh proses tektonik akan terjadi epirogenesa,
dihasilkan pembentukan bentang- alam struktural jenis pegunungan blok
(blocked faulted mountain). Gerak lempeng menimbulkan orogenesa,
menghasilkan bentang-alam struktural jenis pegunungan lipatan (folded
mountain). Kompleksitas proses tektonik sebagai penyebab seringnya temuan
pembentukan bentang-alam struktural cenderung kompleks.
2. Volkanisme
Volkanisme / Kegunungapian dalam pandangan global terbentuk oleh salah
satu dari dua cara, yaitu akibat pemekaran lantai samudra (sea floor
spreading) dari kerak samudra (oceanic crust), atau akibat tumbukan dua
lempeng (subduction) dari lempeng samudra dengan lempeng benua
(continental crust). Wilayah gunungapi/volkan hasil pemekaran yang sangat
terkenal adalah Kepulauan Hawai. Sebaran gunungapi aktif di sekeliling
Samudra Pasifik mencapai >60 % dari total di dunia.
Proses Eksogenik (exogenic process)
Sumber utama proses asal luar bumi berasal dari radiasi matahari (solar
radiation). Radiasi matahari dipantulkan kembali oleh atmosfer ke ruang angkasa
sebanyak 31 %, diserap oleh atmosfer 20 %, dan diserap oleh permukaan bumi 49
% (Slaymaker, and Spencer, 1998). Pancaran radiasi matahari pada permukaan
bumi menghasilkan enerji yang berputar dan atraksi vertikal (Gambar 2.1b, Selby,
1985). Dari kedua-duanya berkembang berbagai proses eksogenik. Proses ini tidak
akan pernah membentuk bentang- alam baru tanpa merusak yang sudah ada
sebelumnya, dengan alasan itu Bloom (1978) menamakannya sebagai proses yang
merusak (destructional process)
• Degradasi
Proses eksogenik apabila terjadi normal, diawali dengan degradasi di suatu
tempat, dan diakhiri dengan agradasi di tempat lain. Degradasi pada
morfologi dicirikan oleh penurunan elevasi akibat pelapukan, erosi, gerakan
tanah, atau transportasi bahan hasil pelapukan & erosi maupun gerakan
tanah. Hasil akhir dari transportasi adalah agradasi di tempat lain.
Pelapukan
Pelapukan batuan diindikasikan oleh perubahan pada batuan asal. Empat
faktor berpengaruh dalam proses pelapukan, yaitu 1) sifat batuan, 2) iklim,
3) topografi, dan 4) vegetasi. Secara ringkas dicontohkan, sama- sama batuan
sedimen, dengan komposisi dominan mineral kuarsa lebih sukar lapuk
dibandingkan dengan batulanau. Batuan yang sama akan lebih cepat
mengalami pelapukan di daerah beriklim hujan tropik dibandingkan dengan
di daerah sub-tropik. Bentang-alam berelief memberi peluang pelapukan
lebih intensif dibandingkan dengan bentang-alam kurang berelief. Kelebatan
vegetasi mempercepat proses pelapukan. Perubahan tersebut dapat bersifat
mekanik-fisik yang dikenal sebagai pelapukan fisik / disintegrasi, dan
perubahan kimia atau disebut pelapukan kimia / dekomposisi.
Notohadiprawiro (2000) menambahkan satu jenis pelapukan lagi yaitu
pelapukan biologi. Pelapukan terjadi pada bagian/zone litosfer yang