Page 32 - Fisika Bagian 1
P. 32
hasil pengukuran mendekati nilai yang sebenarnya. Presisi bergantung pada alat yang
digunakan
untuk melakukan pengukuran. Umumnya, semakin kecil pembagian skala suatu alat
semakin presisi hasil pengukuran alat tersebut. Mistar umumnya memiliki skala terkecil 1
mm, sedangkan jangka sorong mencapai 0,1 mm atau 0,05 mm, maka pengukuran
menggunakan jangka sorong akan memberikan hasil yang lebih presisi dibandingkan
menggunakan mistar.
Walaupun memungkinkan untuk mengupayakan kepresisian pengukuran dengan
memilih alat ukur tertentu, namun pada kenyataannya tidak mungkin menghasilkan
pengukuran yang tepat (akurat) secara mutlak. Setiap pengukuran mengandung
ketidakpastian. Setiap pengukuran tidak akan menghasilkan nilai yang eksak, karena
setiap pengukuran memungkinkan adanya suatu penyimpangan (ralat atau error). Ralat
dapat ditimbulkan oleh obyek yang diukur, pengamat, maupun alat ukurnya. Untuk
memperkecil penyimpangan dalam pengukurannya maka setiap alat ukur harus dicek
keakurasiannya dengan cara membandingkan terhadap nilai standar yang ditetapkan.
Keakurasian alat ukur juga harus dicek secara periodik dengan metode the two-point
calibration yaitu kalibrasi skala nol alat ukur sebelum digunakan dan kalibrasi
pembacaan ukuran yang benar ketika digunakan terhadap nilai yang standar.
1) Sumber-sumber Ketidakpastian dalam Pengukuran
Ada tiga jenis ketidakpastian dalam pengukuran, yaitu: ketidakpastian sistematik,
ketidakpastian acak (random), dan ketidakpastian pengamatan. Penjelasan dari masing-
masing jenis ketidakpastian adalah sebagai berikut.
2) Ketidakpastian Sistematik
Ketidakpastian sistematik bersumber dari alat ukur yang digunakan atau kondisi
yang menyertai saat pengukuran. Karena sumber ketidakpastiannya adalah alat ukur,
maka setiap alat ukur itu digunakan akan menghasilkan ketidakpastian yang sama. Yang
termasuk ketidakpastian sistematik antara lain: ketidakpastian alat ukur, kesalahan nol,
waktu respon yang tidak tepat, kondisi yang tidak sesuai.
3) Ketidakpastian alat ukur
Ketidakpastian ini muncul akibat kalibrasi skala pada alat tidak tepat, sehingga
pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya, sebatang
mistar memiliki jarak antarskala sedikit lebih besar dibandingkan mistar yang standar,
22