Page 159 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 159
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Kompeitei datang dan mengepung kantor Tjahaja, tapi kantor Tjahaya
sudah kosong.
85
Meski dicopot oleh pengawas Jepang, mereka terus menerus
memasang. Pergulatan ini berlangsung untuk beberapa waktu hingga
akhirnya para wartawan memutuskan untuk mencetak sejumlah
pampflet. Pamflet ini kemudian menjadi salah satu sarana utama
86
penyebaran berita proklamasi di Bandung.
Kebimbangan yang mendera para pemimpin Tjahaja membuat
surat kabar yang terbit sore hari itu memutuskan tidak mengumumkan
proklamasi kemerdekaan Indonesia dalam edisi 17 Agustus 1945. Dalam
edisi tersebut hanya memuat sebuah editorial dan dua artikel berita
yang secara implisit mengulas kemerdekaan sebagai pemberian Jepang,
namun proklamasi yang dibacakan Sukarno tidak disebutkan sama
sekali. Pada edisi 18 Agustus, Tjahaja menayangkan berita dari Jakarta
yang singkat, tapi dengan kepala berita yang besar. Barulah pada edisi
19 Agustus, untuk pertama kalinya Tjahaja memunculkan berita yang
meyakinkan, yakni halaman ekstra dengan cetakan huruf paling besar
dan memuat konfirmasi tentang proklamasi dan teks pembukaan
87
Undang-undang Dasar.
Sementara itu Percetakan Siliwangi yang dipimpin Ili Sasmita
berinisiatif mencetak naskah proklamasi dalam bentuk selebaran dengan
huruf bertinta merah. Selebaran itu kemudian dibagi-bagikan kepada
masyarakat. Adapun usaha penyadapan pembacaan naskah proklamasi
pada 17 Agustus di Jakarta oleh Radio Hosyokyoku Bandung gagal
dilakukan akibat ketatnya penjagaan dan diputusnya saluran telepon
oleh tentara Jepang. Sore hari, kedua teknisi radio dari Jakarta, Sukiyun
dan Mislan, tiba di Bandung. Mereka mengabarkan bahwa Jepang telah
menduduki studio sehingga tidak mungkin menerobos dan menyiarkan
berita proklamasi.
Namun, kegagalan tersebut tidak menyurutkan para pewarta
radio untuk menyiarkan melalui udara. Para pemuda di Bandung lebih
berhasil daripada rekan-rekan mereka di Jakarta dalam mengatur siaran
radio. Sistem radio setempat dihubungkan kepada pemancar
gelombang pendek Kantor Telegraf Pusat sehingga bisa melakukan
siaran ke dunia luar. Kepala Siaran Radio Jakarta, Muin, yang memiliki
88
naskah proklamasi dari pimpinan kantor berita Antara, Adam Malik,
147