Page 32 - Buku Analisis dan Evaluasi UU ITE
P. 32

2)  Hakim Konstitusi Suhartoyo
                                      Dalam  dissenting  opinionnya,  Hakim  Konstitusi  Suhartoyo

                               mengemukakan  bahwa  pada  dasarnya  tindakan  penyadapan  termasuk  di

                               dalamnya perekaman adalah perbuatan melawan hukum karena penyadapan
                               merupakan  sebuah  tindakan  yang  melanggar  privacy  orang  lain  sehingga

                               melanggar  hak  asasi  manusia.  Pasal  28I  ayat  (5)  UUD  Tahun  1945
                               menyatakan, “Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi  manusia  sesuai

                               dengan  prinsip  negara  hukum  yang demokratis, maka pelaksanaan hak

                               asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-
                               undangan”. Dari ketentuan Pasal UUD Tahun 1945 a quo dalam kaitannya

                               dengan  penyadapan  maka  hanya  boleh  dilakukan  berdasarkan  Undang-

                               Undang.  Bahkan  dalam  konteks  penegakan  hukum  sekalipun,  pemberian
                               kewenangan  penyadapan  sudah  seharusnya  sangat  dibatasi  untuk

                               menghindari  potensi  digunakannya  penyadapan  secara  sewenang-wenang

                               (vide Putusan halaman 102).
                                      Mahkamah Konsitusi dalam Putusan Nomor 5/PUU-VIII/2010 tanggal

                               24  Februari  2011  dalam  paragraph  (3.21)  menyatakan  “…  bahwasanya

                               penyadapan  memang  merupakan  bentuk  pelanggaran  terhadap  right  of
                               privacy  yang  bertentangan  dengan  UUD  Tahun  1945.  Right  of  privacy

                               merupakan  bagian  dari hak  asasi  manusia  yang  dapat  dibatasi  (derogable

                               rights), namun pembatasan atas right of privacy ini hanya dapat dilakukan
                               dengan  Undang-Undang,  sebagaimana  ketentuan  Pasal  28J  ayat  (2)  UUD

                               Tahun 1945 …” (vide Putusan halaman 102).

                                      Bahwa Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal  44 huruf b  UU ITE
                               adalah  berkenaan  dengan  bentuk  atau  jenis  alat  bukti  yang  merupakan

                               perluasan dari Pasal 184 KUHAP, namun Pemohon meminta frasa “informasi

                               elektronik  dan/atau  dokumen  elektronik”  ditafsirkan  menjadi  “informasi
                               elektronik dan/atau dokumen elektronik yang diperoleh menurut ketentuan

                               perundang-undangan  yang  berlaku  dan/atau  dilakukan  dalam  rangka

                               penegakan  hukum  atas  permintaan  Kepolisian,  Kejaksaan,  Komisi
                               Pemberantasan Korupsi dan/atau insitusi penegak hukum lainnya”. Padahal

                               UU ITE sebenarnya sudah mengatur secara rinci bahwa setiap orang dilarang


                                                                                                        32
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37