Page 33 - Buku Analisis dan Evaluasi UU ITE
P. 33

melakukan intersepsi atau penyadapan seperti yang ditentukan dalam BAB

                               VII  PERBUATAN  YANG  DILARANG  khususnya  Pasal  31  ayat  (1)  yang
                               menentukan  “Setiap  orang dengan      sengaja   dan    tanpa   hak   atau

                               melawan     hukum  melakukan  intersepsi  atau  penyadapan  atas  Informasi

                               Elektronik  dan/atau  Dokumen  Elektronik  dalam  suatu  Komputer  dan/atau
                               Sistem Elektronik tertentu milik orang lain”. Dari ketentuan Pasal 31 ayat (1)

                               tersebut maka setiap orang dilarang melakukan perekaman terhadap orang

                               lain,  dan terhadap pelaku perekaman dengan sengaja dan tanpa hak atau
                               melawan hukum dikenakan sanksi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 46

                               ayat (1) yang menyatakan, “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana
                               dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama

                               6  (enam)  tahun  dan/atau  denda  paling  banyak  Rp.600.000.000,00  (enam

                               ratus juta rupiah)” (vide Putusan halaman 102).
                                      Bahwa disamping ada pelarangan, UU ITE juga menentukan intersepsi

                               atau penyadapan dapat dilakukan jika untuk penegakan hukum seperti yang

                               ditentukan  dalam  Pasal  31  ayat  (3)  yang  menyatakan,  “Kecuali  intersepsi
                               sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), intersepsi yang dilakukan

                               dalam  rangka  penegakan  hukum  atas  permintaan  kepolisian,  kejaksaan,

                               dan/atau  insitusi  penegak  hukum  lainnya  yang  ditetapkan  berdasarkan
                               undang-undang” (vide Putusan halaman 103).

                                      Berdasarkan apa yang disampaikan di atas, maka hal yang  diminta

                               oleh  Pemohon  untuk  menafsirkan  Pasal  5  ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal
                               44 huruf b UU ITE, sebenarnya sudah diatur dalam UU ITE sehingga apabila

                               Mahkamah  menafsirkan  frasa  “informasi  elektronik  dan/atau  dokumen

                               elektronik” dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 44 huruf b UU ITE
                               seperti  yang  dimintakan  Pemohon  menjadi  redundant  karena  apa  yang

                               dimita oleh Pemohon berkenaan perekaman hanya untuk penegakan hukum
                               yang dilakukan oleh Aparat Penegak Hukum sudah diatur dalam Pasal 31 ayat

                               (3) UU ITE (vide Putusan halaman 103).

                                      Berdasarkan uraian di atas, Hakim Konstitusi Suhartoyo berpendapat

                               seharusnya  Mahkamah  menyatakan  permohonan  Pemohon  dinyatakan

                               ditolak,  karena  paa  yang  dipermasalahkan  oleh  Pemohon  sudah  dipenuhi

                                                                                                        33
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38