Page 98 - HOPE HARMONY & HUMANITY
P. 98
HOPE
Harmony & Humanity
Merakit Harapan dalam Bingkai Harmoni dan Kemanusiaan
Selama ini, paradigma yang dipakai oleh pemerintah
dalam menangani terorisme adalah paradigma kultural,
yang memandang terorisme sebagai penjelmaan dari nilai,
sistem kepercayaan atau ideologi. Dalam paradigma ini,
terorisme dianalisa dari hubungan antara nilai atau ideologi
dengan pelaku teror. Kerangka kerja ini mencari korelasi
atau sebab terjadinya aksi teror dengan menganalisa
ideologi dan nilai yang dianut oleh para teroris. Dengan kata
lain, kerangka kerja ini mencoba memahami interpretasi
nilai terhadap aksi.
8
Pada umumnya, paradigma ini hanya mencapai dua
kesimpulan, pertama, aksi terorisme adalah produk dari
nilai-nilai yang dianut, sehingga nilai-nilai tersebut harus
diberantas dan diperangi; kedua, aksi terorisme hanyalah
efek dari kepribadian yang menyimpang, atau merupakan
bentuk dari gejala psikologis biasa, sehingga subjeknya
harus dijerat oleh pasal hukum.
Pasca peristiwa 9/11, paradigma ini yang mendominasi
wacana terorisme di seluruh dunia, sehingga banyak
menimbulkan pro dan kontra. Sebab sebagai akibat dari
paradigma ini, terjadi stigmatisasi negatif terhadap ajaran
agama dan etnis tertentu.
Dalam dunia akademis, paradigma ini banyak
memberikan sumbangan yang berarti, terutama dalam
mengurai psikologi dan perkembangan watak manusia
modern, serta menjadi basis analisa dalam upaya
deradikalisasi terhadap tahanan teroris. Namun dalam
hal menentukan kebijakan penanganan, kerangka berpikir
8 Lihat, A.C. Manullang, Terorisme & Perang Intelijen : Behauptung Ohne Beweis (Dugaan Tanpa Bukti),
Jakarta, Manna Zaitun 2006.
82