Page 42 - MAJALAH 157
P. 42
PROFIL
Kalau tidak belajar serius bisa-bisa sekaligus menjadi tonggak awal karirnya lewat computer di rumah dan dikirimkan
masuk IPS (ilmu pengetahuan sosial). di dunia profesionalisme. Ya, di Koran ke kantor redaksi lewat email. Meski
Semua itu agar saya bisa melanjutkan ke berwarna pertama di Indonesia itu demikian, ketika melakukan peliputan
kedokteran. Dan Alhamdulillah saya bisa Bamsoet semakin dekat dengan Surya ia tak kalah dengan wartawan “jaman
masuk jurusan IPA,”kisah Bamsoet. paloh. Bahkan hingga Koran tersebut Now”. Jika wartawan lain pada jaman itu
Bamsoet pun terpilih dalam dibredel karena dianggap terlalu “berani” menggunakan motor, bahkan kendaraan
jajaran siswa dengan nilai tertinggi, dengan pemerintah pun, Bamsoet umum, maka dalam meliput Bamsoet
hingga ia pun masuk dalam jurusan sempat disekolahkan di IPPM (sekarang sudah mengendarai mobil Volvo (mobil
IPA. Sayangnya usai lulus sekolah, univ prasetya mulya) sebelum akhirnya setingkat menteri saat itu-red). Sebuah
kenyataan pun berbeda. Ia bukannya bekerja di Majalah Vista. ukuran yang “wow” untuk seorang
memilih kuliah di fakultas kedokteran, Masih kuat dalam benaknya, wartawan, apalagi wartawan jaman itu.
namun malah mengikuti teman- bagaimana ia harus membuat tulisan, “Mobil Volvo itu saya beli dari hasil
temannya mengambil Fakultas Ekonomi laporan hasil peliputan dengan saya jual mobil VW Kodok saya, saya
di Jayabaya. Singkat cerita tak cukup menggunakan mesin ketik lengkap beli agak murah tapi cukup bergengsi,
FOTO: JAY/IW
Bersama keluarga usai di lantik sebagai Ketua Dpr ri
hanya menyandang gelar Sarjana kegagalan bukan sebuah karena saat itu Bang Surya (surya
Ekonomi, Bamsoet pun melanjutkan kiamat, namun justru Paloh-red) pakai Mercy, dan Widjarnako
pendidikannnya dengan mengambil (puspoyo) pakai BMW,”aku Bamsoet.
program Magister. sebagai cara lain Tuhan Di majalah Prioritas yang merupakan
Di bangku kuliah, Bamsoet aktif untuk memberikan yang reinkarnasi dari majalah hiburan ke
dalam kegiatan pers kampus. Bahkan Majalah Ekonomi, Bamsoet kerap
bersama beberapa aktivis pers kampus, terbaik bagi dirinya. Gagal mendapat tugas peliputan succses
ia sempat menggelar kegiatan Pers menjadi anggota DPR, story (kisah sukes) para tokoh nasional.
Kampus tingkat Nasional di UNAS Diantaranya, ia sempat mewawancarai
(universitas nasional) dengan pengajar namun bersamaan dengan Bob Sadino, Agung Laksono, Fadel
tokoh-tokoh Pers Nasional seperti itu peluang memasuki Muhammad, dan Aburizal Bakrie.
Nasruddin Harz (Ketua PWI Jaya
Ketika itu), Panda Nababan, dan Derek bisnis baru, yakni bisnis Menjadi Pengusaha
Manangka. tambang. Ini bak “hadiah” Siapa sangka pengalaman hidup
Hal itulah yang kemudian semakin dari Tuhan dan kisah sukses dari tokoh-tokoh yang
menumbuhkan ketertarikan dan minat ia wawancarainya itu begitu membekas
Bamsoet pada bidang jurnalistik. Hingga dengan pita nya. Jika salah ketik, ia di benaknya, sekaligus menjadi pelajaran
kemudian, ketika lulus kuliah ia lebih pun harus mengetik ulang tulisannya berarti baginya. Hingga kemudian hal itu
memilih menjadi wartawan. Koran secara keseluruhan. Berbeda dengan memotivasinya untuk berbuat serupa.
Prioritas menjadi “perahu” pertamanya wartawan “jaman Now” (jaman sekarang) Lebih jauh, Ia pun mulai tertarik dan
dalam mengarungi dunia jurnalistik, yang bisa membuat laporan peliputan tergerak untuk memulai usaha alias
42 PARLEMENTARIA 157 XLVIII 2018