Page 37 - MAJALAH 129
P. 37

sudah mengesahkan UU tindak pidana   nasional sejatinya berawal dari reko­  tensi pengacuan pasal sehingga relatif
            khusus tiba­tiba diubah lagi,” ujarnya.  mendasi seminar hukum nasional I   tidak ada perubahan atau penambahan
               Sebelumnya pada Juli lalu di hada­  tahun 1963 yang menyerukan agar   substansi yang prinsipil jika dibanding­
            pan Raker Komisi III DPR, (bersumber   rancangan­kodifikasi­hukum­pidana­na­  kan dengan naskah yang pernah dibahas
            dari situs resmi KemenkumHAM­red),   sional segera mungkin diselesaikan.  bersama antara pemerintah dan komisi
            Menteri Hukum dan HAM Yasona H      Menkumham mengatakan “RUU yang   III DPR RI periode 2009­2014”.
            Laolly membacakan Keterangan Presi­  disampaikan ini merupakan penyem­  RUU KUHP ini tetap terdiri dari atas
            den Atas Rancangan Undang – Undang   purnaan dari RUU yang pernah dibahas   2 (dua) buku, yakni buku kesatu menge­
            Hukum Pidana Tujuan di bacakannya   bersama antar pemerintah dan komisi   nai ketentuan umum yang terdiri dari
            keterangan Presiden tersebut agar RUU   III DPR­RI periode 2009­2014. Namun   218 pasal dan buku kedua mengenai tin­
            tentang KUHP ini dapat segera di bahas   demikian, penyempurnaan yang di­  dak pidana yang terdiri dari 568 pasal
            dan mendapatkan persetujuan bersama   lakukan pada dasarnya hanya meliputi   sehingga RUU tentang KUHP yang di­
            dari DPR­RI.                      hal­hal antara lain yang bersifat teknik   sampaikan dalam kesempatan itu secara
               Cita – cita untuk mewujudkan KUHP   penyusunan, redaksional, dan konsis­  keseluruhan memuat 786 pasal.


            BEBERAPA SUBSTANSI POKOK RUU KUHP YANG DI SAMPAIKAN :
            1.­Pergeseran­filosofi­pemidanaan­jika­dibandingkan­dengan­  a. Dianutnya sistem 2 (dua) jalur (double­track) yakni selain
               KUHP warisan pemerintah kolonial Belanda (wetboek van   jenis­jenis pidana, diatur pula jenis­jenis tindakan (maa­
               Strafrecht voor Nederlandsch Indie) sehingga RUU KUHP   tregelen) khusus bagi mereka yang melakukan tindak
               ini berorientasi pada pemikiran aliran neo classical school   pidana, namun tidak atau kurang mampu mempertang­
               yang selain mempertimbangkan aspek tindak pidana yang   gungjawabkan perbuatannya karena menderita gang­
               telah dilakukan juga mempertimbangakan aspek individu­  guan jiwa atau retardasi mental.
               alitas pelaku tindak pidana (daad­dader strf recht).  b. Diaturnya rambu­rambu pemidanaan baru guna meng­
            2.  Pengaturan mengenai tindak pidana dan                 hindari disparitas pidana terhadap tindak pidana
               pemidanaan berdasarkan hukum yang hi­                    yang relatif sama kualitasnya serta pengaturan
               dup dalam masyarakat sesuai dengan ni­                      mengenai pinana minimim khusus yang hanya
               lai – nilai pancasila, hak azasi manusia, dan                  boleh diterapkan untuk tindak pidana ter­
               prinsip – prinsip hukum umum yang diakui                        tentu yang dipandang sangat merugikan,
               oleh masyarakat internasional.                                  membahayakan, atau meresahkan ma­
            3.  Modernisasi hukum pidana nasional dengan me­                  syarakat, dan untuk tindak pidana yang
               negaskan pengaturan bahwa korporasi merupakan             dikualifikasikan­atau­diperberat­oleh­akibatnya.
               subjek hukum pidana sehingga dianggap mampu          c. Adanya sistem kategorisasi pidana denda guna me­
               melakukan tindak pidana dan dapat dipertanggungja­  ngantisipasi fluktuasi nilai mata uang akibat situasi
               wabkan secara pidana.                               prekonomian, dan
            4. Adanya penambahan beberapa jenis pidana baru yakni   d. Diaturnya cara pelaksanaan secara khusus terhadap
               pidana pengawasan dan pidana kerja sosial sebagai pidana   anak, sejalan dengan konvensi tentang Hak­Hak anak
               pokok serta pembayaran ganti kerugian dan pemenuhan   (Convention on the Rights of the Child)
               kewajiban adat setempat sebagai pidana tambahan.  7.  Adaptasi dan harmonisasi terhadap perkembangan tindak
            5. Pidana mati tidak lagi diatur sebagai pidana pokok, melain­  pidana di luar KUHP dan berbagai tindak pidana yang ber­
               kan diatur dalam pasal tersendiri untuk menunjukan bah­  sumber dari berbagai konvensi internasional yang telah di­
               wa pidana mati betul­betul bersifat khusus sebagai upaya   ratifikasi­oleh­Indonesia.­Dengan­demikian,­terhadap­jenis­
               terakhir (ultimum remedium) untuk mengayomi masyara­  tindak pidana baru yang akan muncul namun belum diatur
               kat. Pidana mati adalah pidana yang paling berat dan harus   dalam RUU KUHP yang baru ini, pengaturannya tetap dapat
               selalu diancamkan secara alternatif dengan jenis pidana   dilakukan melalui perubahan KUHP atau diatur dalam Un­
               seumur hidup atau pidana penjara paling lama 20 (dua   dang­Undang tersendiri karena kekhususannya berdasar­
               puluh) tahun. Pidana mati dapat dijatuhkan pula secara   kan buku kesatu pasal 211 RUU tentang KUHP ini.
               bersyarat, dengan memberikan masa percobaan, sehingga
               dalam tenggang waktu masa percobaan tersebut terpidana   Pemerintah juga memandang perlu adanya pengaturan me­
               diharapkan dapat memperbaiki diri sehingga pidana mati   ngenai masa transisi (engagement period) guna memberikan
               tidak perlu dilaksanakan, dan dapat diganti dengan pidana   ruang bagi pemerintah untuk melakukan sosialisasi kepada
               perampasan kemerdekaan.                         masyarakat terutama bagi penegak hukum dalam menerap­
            6.  Adanya beberapa perubahan konsep pemidanaan, antara   kan KUHP yang baru. (NT) Sumber: situs resmi Kemenkumham FOTO:
               lain:                                           ANDRI, NAEFUROJI/PARLE/IW



                                                                                          EDISI 129 TH. XLV, 2015  37
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42