Page 5 - MAJALAH 136
P. 5

Hak Kepemilikan Masyarakat Adat

                  Kami pengadu mewakili Masyarakat Adat Luhat     ganti rugi tegakan sebesar Rp.21.852.760.000,- ke rekening
               Simangambat dan Luhat Ujung Batu, dan Luhat Huristak   Menhut sebagai setoran Dana Reboisasi. Selain itu KPKS
               yang ditujukan kepada Komisi II DPR RI perihal penjelasan   Bukit Harapan sejak 1999 hingga Mei 2015 telah memberi
               tambahan terkait sengketa tanah ulayat seluas +47.000   pemasukan kepada negara dari sektor pajak senilai Rp.
               Ha  di Kab. Padang Lawas, Sumut, antara Kementerian   192.984.576.264.- Dengan demikian sikap Menhut yang ingin
               Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan klien pengadu,   mengambil alih perkebunan kelapa sawit dari KPKS Bukti
               sebagai berikut:                                   Harapan merupakan sikap ambigu dengan sikap sebelumnya
                                                                  yang telah menerima pembayaran dari KPKPS Bukit Harapan
               Tentang Alas Hak Kepemilikan Masyarakat Adat       untuk areal seluas 23.000 Ha.
                  Bahwa alas hak kepemilikan Masyarakat Adat
               Luhat Simangambat dan Luhat Ujung Batu atas tanah   Tentang Penggunaan UU No. 18 Tahun 2013
               adat didasarkan pada: Surat Perbatasan Tanah antara   Bahwa melalui surat No.S.174/Menlhk-II/2015 perihal
               Simangambat via Kota Pinang/Laut Napangga tertgl. 28   Penghentian Pelayanan, ternyata Menteri Lingkungan
               Agustus 1929 yang dibuat oleh Sutan Mahodum selaku Raja   Hidup dan Kehutanan telah mengitimidasi Gubernur
               Simangambat dan Surat Perbatasan Laut Ujung Batu tertgl.   Sumut, Bupati Tapanuli Selatan, Bupati Padang Lawas, dan
               15 Januari 1962 yang dibuat Dewan Negeri Ujung Batu Sutan   Bupati Padang Lawas Utara untuk tidak lagi memberikan
               Bahruddin berikut surat beraksara Arab Melayu tertgl. 1904.  pelayanan perizinan kepada KPKS Bukit Harapan, dan
                                                                  seterusnya dengan menggunakan ketentuan-ketentuan
               Tentang Legalitas Gouverment Besluit No. 50 tgl. 25   yang termaktub dalam UU No.18 Tahun 2013 tentang
               Juni 1924                                          Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, hal
                  Bahwa areal seluas 178.508 Ha, termasuk di dalamnya   tersebut telah melanggar asas non retroaktif (larangan
               areal seluas 47.000 Ha yang diklaim oleh Menhut    menggunakan aturan hukum berlaku surut) karena UU No.
               berdasarkan Gouverment Besluit No. 50 tgl. 25 Juni 1924,   18/2013 berlaku sejak 6 Agustus 2013.
               tidak dapat dibuktikan kebenarannya oleh Menhut karena   Kami memohon agar Komisi II DPR RI mendesak
               tidak dapat menunjukkan asli dari dokumen tersebut. Hal   Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mencabut
               itu dikuatkan dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan   Surat No.S.174/Menlhk-II/2015 dan Surat No. S13/
               No. Reg.434/PDT/2011/PT.MDN tgl. 4 Juni 2012 yang   Menlhk-Setjen/RHS/2015 tertgl. 25 Juni 2015 perihal:
               mengalahkan Menhut atas gugatan KUD Serba Guna yang   Pemberitahuan Putusan MA No.2642 K/PID/2006 tentang
               telah berkekuatan hukum tetap sejak 15 Agustus 2012.  Reg. 40 Padang Lawas yang ditujukan kepada Ketua Umum
                                                                  GAPKI, serta menyelesaikan permasalahan sengketa tanah
               Tentang Kontribusi KPKS Bukit Harapan              ulayat tersebut.
                  Bahwa dasar hukum KPKS Bukit Harapan untuk mengelola   Bahwa permasalahan yang kami sampaikan terkait
               areal seluas 23.000 Ha untuk dijadikan perkebunan kelapa   kehutanan yang merupakan bidang lingkup Komisi IV  maka
               sawit adalah Surat Irjen Kemenhut No.1680/Menhut   surat ini juga  ditujukan  kepada Komisi IV DPR RI untuk
               III/2002 tertgl.26 September 2002 perihal Permohonan   ditindaklanjuti.
               untuk mengelola perkebunan di dalam kawasan hutan Reg.                             Marasamin Ritonga
               40 Padang Lawas, Sumut dengan kewajiban menyetor dana                           Medan, Sumatera Utara





                  Dukungan Reklamasi Teluk Benoa

                     Surat ini adalah bentuk dukungan terhadap    Teluk Benoa akan semakin parah. Setiap tahun teluk
                  reklamasi Teluk Benoa, karena  Bali sering dijadikan   tersebut akan mengalami  sedimentasi akibat timbunan
                  sebagai tempat pertemuan internasional.  Oleh karena   lumpur, limbah plastik, zat kimia, dan berbagai polutan
                  itu, Bali perlu memiliki tempat yang baru untuk   yang mengancam kelestarian lingkungan.
                  mengakomodir keperluan tersebut.                   Diharapkan DPR RI dan seluruh elemen masyarakat
                     Rencana revitalisasi Tanjung Benoa yang akan   Bali   mendukung pelaksanaan revitalisasi Teluk Benoa
                  dijadikan destinasi baru wisata Bali, menghadapi   untuk kesejahteraan masyarakat Bali dan Indonesia
                  pro kontra di tengah masyarakat.  Bahkan isu buruk   lebih sejahtera.
                  dampak revitalisasi banyak disebarkan oleh kelompok
                  penolak rencana revitalisasi tersebut. Padahal akibat                           I Putu Surtama
                  tertundanya pelaksanaan revitalisasi, maka kerusakan                             Denpasar, Bali





                                                                              PARLEMENTARIA z  EDISI 136 TH. XLVI - 2016  l  5
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10