Page 59 - MAJALAH 158
P. 59
LAPORAN UTAMA
SELEBRITI
lewat medium seni bisa menari Jawa. Walaupun berasal kepada para muridnya. Untuk
itu kita bisa lebih dari Jawa, namun ia mengaku kurang bisa mendalami peran tersebut, ia
mendapat banyak referensi mengenai
mengenal kultur Jawa. Sehingga ia
memperkenalkan merasa perlu melakukan observasi sosok dan ketokohan Raja Mataram
tentang kultur, untuk film terbarunya itu. pertama itu, baik dari buku maupun
“Sebenarnya saya orang Jawa,
budaya, sejarah tetapi tidak begitu mengenali kultur pakar sejarah.
“Jadi kalau jaman dulu nih kita
bahkan pariwisata Jawa, jadi saya dikasih kesempatan denger pengajian, dari kampung ke
dalam negeri. untuk bisa mandalami lagi adat Jawa. kampung lain itu kita denger nembang.
Begitupun ketika Gaya bicaranya harus medok. Tidak Dan nembang itu ada makna,
pokoknya tentang makna
hanya itu saya juga harus belajar tari
film itu sudah Jawa. Ternyata setiap tarian, setiap kehidupan di dalam
menjadi sebuah gerakan ada artinya. Itu tidak isinya. Oleh karena
produk seni yang mudah dilakukan. Jadi saya itu saya harus
belajar kembali
melihat guru tari saya luwes
akan “diekspor” sekali. Tubuhnya seperti untuk mengenali
alias diputar di luar menjadi medium bahasa, cara-cara dan
negeri, dan itu keren banget,” adat-adat
ungkap pria berdarah jawa Jawa tersebut,”
terkait perizinan, baik dalam proses ini yang bersyukur dua kali kisahnya.
pembuatan film karya anak bangsa. memerankan tokoh penting Untuk
Maupun perizinan terkait ekspor film dalam sejarah Indonesia ini. perannya itu tidak
hanya gaya bicara
Tidak hanya itu, pria
karya anak bangsa. kelahiran Jakarta 6 Februari dan sikap yang ia
Enggan Terjun Ke Politik Meski Dua Kali seni itu kita bisa lebih memperkenalkan 1985 ini pun harus belajar ia juga persiapkan
Padahal menurutnya lewat medium
persiapkan, namun
nembang atau bernyanyi.
Perankan Tokoh Bangsa Dalam Sejarah Indonesia
tentang kultur, budaya, sejarah bahkan
pariwisata dalam negeri. Begitupun
ketika film itu sudah menjadi sebuah
produk seni yang akan “diekspor” alias
diputar di luar negeri, maka sejatinya
pemerintah harus mempermudah
semua itu. Memotong mata rantai
birokrasi yang menyulitkan para pekerja
seni plus pelaku industri perfilman. Zaman dulu orang belajar mengaji penampilannya, diantaranya dengan
“Saya berharap izin atau seperti menembang. Dengan kata tubuh yang dibentuk lebih berisi.
regulasi terkait dunia seni bisa lebih lain, dijelaskan Ario, menembang juga Sekitar bagian bawah wajahnya pun
dipermudah. Baik itu menyangkut izin sebagai salah satu cara seorang guru sengaja dibiarkan tumbuh bulu-bulu
syuting, ataupun tentang ekspor film untuk bisa mengutarakan filosofinya halus alias brewok dan kumis.
anak bangsa ke negara lain,” papar Ario. “Banyak orang melihat wajah
“Saya berharap izin saya kumisan seperti ini bilang saya
Kembali Perankan habis dari hutan lah, ingin keluar dari
Tokoh Sejarah atau regulasi terkait peradaban lah, tapi itu semua gosip,
Berbicara tentang karir, jika dunia seni bisa lebih gosip tidak benar. Ini sekaligus
sebelumnya Ario pernah memerankan meluruskan. Memang saya sengaja
tokoh Presiden Pertama Indonesia, dipermudah. Baik membiarkan kumis dan brewok
Soekarno, mendatang ia akan kembali itu menyangkut izin saya ini, untuk keperluan peran saya
memerankan tokoh penting dalam dalam film terbaru saya itu,” jelas
sejarah bangsa ini. Ya, oleh sutradara syuting, ataupun Ario sambil berharap akting dalam
Hanung Bramantyo, Ario kembali tentang ekspor film film terbarunya itu bisa diterima
didapuk peran sebagai seorang tokoh masyarakat luas, dan nilai-nilai
yang pernah ada, yakni Raja Mataram. anak bangsa positif yang terkandung di dalamnya
Dalam film bertajuk Once Upon ke negara lain,” bisa terserap dengan baik oleh
A Time in Java ini Ario di tuntut untuk masyarakat. AYU Foto: JAKA
59
158 XLVIII 2018
PARLEMENTARIA
158 XLVIII 2018 PARLEMENTARIA 59

